5 Tren FOMO Sepanjang 2024 yang Bikin Geleng-Geleng Kepala
Tahun 2024 menyajikan berbagai 5 tren FOMO yang menarik perhatian, membuat banyak orang geleng-geleng kepala.
Tahun 2024 telah membawa fenomena FOMO (Fear of Missing Out) ke level yang lebih tinggi, mempengaruhi cara orang berbelanja, berinvestasi, dan berpartisipasi dalam acara sosial. Tren-tren ini muncul akibat pengaruh media sosial dan budaya digital yang semakin mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah 5 Tren FOMO yang paling mencolok di tahun ini yang patut untuk diperhatikan. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran FOMO PLUS INDONESIA.
1. Lonjakan Belanja Impulsif karena Media Sosial
Belanja impulsif yang disebabkan oleh media sosial terus meroket pada tahun 2024. Banyak konsumen, terutama di kalangan generasi muda, mengaku sering membeli barang hanya karena melihat teman atau influencer mereka memposting tentang produk tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 73% orang dewasa di AS telah melakukan pembelian impulsif setelah melihat iklan di media sosial. Ini membuktikan bahwa media sosial telah berfungsi tidak hanya sebagai platform komunikasi. Tetapi juga sebagai katalisator untuk belanja yang tidak direncanakan.
Dengan munculnya kampanye pemasaran viral, istilah seperti #TikTokMadeMeBuyIt menjadi simbol pengaruh media sosial dalam mendorong perilaku belanja impulsif. Konsumen sering kali merasa terpaksa untuk melakukan pembelian agar tidak ketinggalan tren yang sedang viral.
Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 48% pengguna media sosial mengaku pernah membeli produk setelah melihatnya di platform tersebut. Fenomena ini, meskipun membawa kegembiraan jangka pendek. Sering kali juga diikuti oleh penyesalan dan tekanan finansial yang lebih tinggi di kemudian hari.
2. Keterikatan pada Pengalaman Acara Eksklusif
Tren keterikatan pada pengalaman acara eksklusif semakin menguat pada tahun 2024, dengan banyak orang merasa harus menghadiri setiap acara yang mungkin dianggap penting oleh komunitas mereka, seperti festival musik, peluncuran produk, atau acara pop-up. Pengalaman ini dianggap sebagai cara untuk membangun jaringan sosial dan meningkatkan status di lingkungan sosial.
Riset menunjukkan bahwa sekitar 55% orang dewasa muda bersedia membayar lebih untuk menghadiri acara yang difasilitasi oleh influencer atau merek terkenal. Karena mereka merasa bahwa kehadiran di acara tersebut akan memperkuat koneksi sosial mereka dan memberi dampak positif pada citra diri mereka.
Media sosial memainkan peran penting dalam menciptakan rasa FOMO terkait acara. Ketika individu melihat teman-teman atau sesama pengguna berbagi momen dari acara yang menonjol di platform seperti Instagram dan TikTok, mereka merasakan tekanan untuk tidak ketinggalan.
Hal ini menciptakan efek bola salju, di mana semakin banyak orang yang berbagi pengalaman, semakin besar keinginan orang lain untuk turut serta. Taktik pemasaran yang menggunakan istilah seperti tiket terbatas atau hanya untuk yang diundang menciptakan rasa urgensi. Mendorong individu untuk segera membeli tiket atau berpartisipasi tanpa mempertimbangkan secara matang dampak finansial yang mungkin timbul.
Meskipun keterlibatan dalam acara eksklusif dapat memberikan pengalaman yang mendebarkan dan memperluas jejaring sosial. Hal ini juga dapat menyebabkan pengeluaran yang tidak terkendali dan perasaan cemas terkait dengan kebutuhan untuk terus berpartisipasi.
Baca Juga: Trend Gaya Rambut Nyentrik Muda-Mudi Brasil
3. Kecanduan Media Sosial yang Meningkat
Tren kecanduan media sosial tidak dapat diabaikan dalam konteks 5 Tren FOMO. Banyak orang merasa terpaksa untuk memeriksa aplikasi media sosial mereka terus-menerus. Karena mereka tidak ingin ketinggalan berita atau pembaruan penting dari teman maupun influencer.
Penelitian menunjukkan bahwa 51% pengguna media sosial mengaku bahwa FOMO mendorong mereka untuk menggunakan media sosial lebih sering. Kecanduan ini tidak hanya mempengaruhi produktivitas, tetapi juga kesehatan mental pengguna. Sebuah studi mendapati bahwa pengguna media sosial lebih rentan terhadap perasaan cemas dan depresi ketika mereka merasa tertinggal di balik teman-teman mereka.
Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh FOMO dalam menciptakan kebutuhan untuk selalu terhubung. Bahkan jika itu berdampak negatif terhadap kesejahteraan mereka. Dengan meningkatnya kecanduan media sosial, individu harus berjuang untuk menemukan keseimbangan antara tetap terhubung dan menjaga kesehatan mental yang baik.
4. Popularitas Produk Terbatas
Di ranah ritel, produk-produk terbatas atau edisi khusus telah mendapatkan tempat yang tinggi di hati konsumen. Banyak merek meluncurkan produk dengan jumlah yang terbatas untuk menciptakan rasa urgensi dan eksklusivitas di kalangan pembeli. Data menunjukkan bahwa sekitar 60% konsumen lebih cenderung membeli produk terbatas karena rasa takut kehilangan kesempatan untuk memiliki item tersebut.
Taktik pemasaran yang menggunakan keterbatasan ini terbukti efektif. Penelitian menunjukkan bahwa produk yang dipasarkan sebagai edisi terbatas dapat menghasilkan 2,6 kali lebih banyak pendapatan per item dibandingkan dengan produk reguler.
Namun, meskipun support dari para konsumen, model bisnis ini juga berisiko menciptakan ekspektasi tinggi yang bisa berujung pada kekecewaan ketika produk tidak memenuhi harapan. Dalam banyak kasus, ketika produk tidak sesuai dengan ekspektasi, konsumen dapat merasa bahwa mereka telah tertipu. Mengakibatkan rendahnya loyalitas merek dan meningkatnya angka pengembalian.
5. FOMO dalam Investasi
5 Tren FOMO semakin menonjol dalam dunia investasi pada tahun 2024, di mana banyak investor muda merasa terdorong untuk cepat mengambil keputusan investasi tanpa melakukan analisis yang mendalam. Riset menunjukkan bahwa lebih dari 66% investor berusia antara 18 hingga 40 tahun mengakui bahwa mereka telah membuat keputusan impulsif dalam waktu kurang dari 24 jam setelah terpapar informasi melalui media sosial atau berita keuangan.
Dengan mudahnya akses ke informasi investasi melalui platform seperti TikTok, Instagram, dan Reddit. Banyak yang merasa harus segera berinvestasi dalam aset atau peluang tertentu untuk menghindari rasa ketinggalan. Namun, keputusan yang diambil secara impulsif ini sering kali membawa risiko besar. Penelitian mengungkapkan bahwa sekitar 40% dari investor muda yang membeli aset berdasarkan FOMO mengalami penyesalan ketika nilai investasi mereka tidak memenuhi harapan awal.
Pengaruh media sosial dan komunitas online dalam menciptakan hype terhadap aset tertentu dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang kurang bijak. Berisiko dan berpotensi menjadikan investor merugi dalam jangka panjang. Hal ini menunjukkan perlunya edukasi yang lebih baik serta kesadaran akan dampak dari keputusan yang dipicu oleh FOMO untuk mencegah kerugian finansial yang signifikan.
Kesimpulan
5 Tren FOMO yang kita lihat sepanjang tahun 2024 mencerminkan bagaimana teknologi dan media sosial telah mengubah perilaku konsumen secara drastis. Dari belanja impulsif hingga ketertarikan pada pengalaman acara eksklusif. Dampak FOMO terlihat di berbagai aspek kehidupan. Meskipun perasaan FOMO mungkin memberikan dorongan sementara untuk berpartisipasi dalam berbagai tren.
Penting bagi individu untuk berhati-hati dan menyadari dampak yang mungkin timbul dari keputusan impulsif yang diambil berdasarkan tekanan sosial. Dengan memahami tren ini, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh fenomena FOMO dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan mereka. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih dalam lagi informasi Mengenai 5 Tren FOMO.