Anak Muda Gemar Utang Paylater Akibat FOMO Dan YOLO

bagikan

Anak muda yang gemar menggunakan utang paylater merupakan hasil dari tekanan sosial yang dirasakan akibat FOMO dan YOLO.​

Anak Muda Gemar Utang Paylater Akibat FOMO Dan YOLO

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa penggunaan layanan ini meroket, dengan banyak anak muda terjebak dalam utang yang dapat berdampak serius pada keuangan mereka di masa depan. Fenomena ini, seringkali dipicu oleh dua konsep populer yaitu Fear of Missing Out (FOMO) dan You Only Live Once (YOLO), menciptakan perilaku konsumsi yang impulsif di kalangan generasi muda. FOMO PLUS INDONESIA  akan menggali lebih dalam mengenai tren ini, faktor-faktor yang berkontribusi, serta dampak dan solusi yang dapat diambil.

Tren Penggunaan Paylater di Kalangan Anak Muda

Berdasarkan data OJK, penggunaan layanan paylater di Indonesia sangat didominasi oleh generasi muda, khususnya millennials dan Gen Z. Hingga Agustus 2024, total utang yang diambil melalui layanan paylater mencapai Rp 26,37 triliun, dengan pertumbuhan tahunan yang signifikan. Data menunjukkan pengguna paylater berusia 18 hingga 25 tahun menyumbang 26,5% dari total pengguna, sedangkan data untuk pengguna berusia 26 hingga 35 tahun mencatatkan persentase tertinggi yaitu 43,9%.

Penggunaan layanan ini umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup, dengan kategori terbesar adalah fesyen (66,4%), disusul perlengkapan rumah tangga (52,2%) dan elektronik (41%). Kemudahan dalam mengakses layanan ini membuat anak muda cenderung berutang meskipun tidak memiliki penghasilan tetap, yang dapat memicu masalah keuangan di kemudian hari.

Apa Itu FOMO?

FOMO, atau Fear of Missing Out, merupakan fenomena psikologis di mana individu merasa khawatir akan kehilangan kesempatan atau pengalaman yang dialami orang lain. Konsep ini sangat dipertajam oleh kehadiran media sosial, di mana anak muda terus-menerus disajikan dengan momen-momen bahagia dan pengalaman menarik yang dialami oleh teman-teman mereka.

Anak muda yang merasa ketinggalan dalam hal tren atau aktivitas sosial sering merasa terpaksa untuk membeli barang atau layanan yang ditawarkan tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial mereka. Sebagai contoh, keinginan untuk membeli pakaian terbaru atau gadget canggih tidak jarang mendorong mereka untuk memanfaatkan layanan paylater, meskipun mereka tidak mampu membayarnya secara langsung.

Dampak FOMO Terhadap Keputusan Keuangan, Perilaku impulsif yang dipicu oleh FOMO cenderung mengakibatkan pengeluaran yang lebih besar dari yang seharusnya. OJK mencatat bahwa banyak anak muda terjebak dalam utang akibat belanja yang tidak perlu dan tidak produktif, yang dapat mengakibatkan mereka mengalami over-indebtedness atau kebanyakan utang. Di sisi lain, pengaruh FOMO juga dapat menyebabkan anak muda merasa tidak puas dengan hidup mereka, karena mereka terus membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain.

Apa itu YOLO?

Konsep You Only Live Once (YOLO) mendorong anak muda untuk menikmati hidup sepenuhnya, seringkali dengan mengabaikan konsekuensi jangka panjang dari pengeluaran mereka. Mentalitas ini, yang menyerukan untuk secepatnya menikmati segala yang ditawarkan hidup, seringkali berdampak buruk pada kondisi keuangan individu. Fungsinya sebagai dorongan untuk memenuhi keinginan saat ini tanpa memikirkan masa depan dapat membawa mereka pada keputusan pembelian yang tidak bijaksana.

Kecenderungan ini terlihat jelas di kalangan anak muda yang merasa bahwa waktu mereka terbatas dan mereka harus cepat-cepat berinvestasi dalam pengalaman dan barang-barang untuk memperkaya kehidupan mereka. Ini menyebabkan mereka berutang bukan hanya untuk barang-barang dasar, tetapi juga untuk barang-barang yang bersifat sekunder atau bahkan tersier yang tidak esensial.

Baca Juga: FOMO Plus: Fenomena Sosial yang Mengubah Cara Kita Berinteraksi di Indonesia

Dampak Negatif dari Penggunaan Paylater

Dampak Negatif dari Penggunaan Paylater

Meskipun paylater menawarkan solusi pembiayaan yang mudah dan cepat. Ada sejumlah risiko dan dampak negatif yang harus diwaspadai oleh generasi muda. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari pengguna paylater:

  • Over-Indebtedness: Salah satu dampak paling signifikan dari penggunaan paylater adalah risiko over-indebtedness. Ketika anak muda mengambil utang lebih dari yang dapat mereka bayar, mereka dapat menemukan diri mereka dalam siklus utang yang terus berlanjut, di mana mereka harus meminjam lebih banyak untuk mengatasi pembayaran utang sebelumnya. OJK memperingatkan bahwa banyak anak muda yang tidak memikirkan kemampuan mereka untuk membayar kembali utang yang diambil, mengarah pada masalah keuangan yang berkelanjutan.
  • Pengaruh Terhadap Kesehatan Mental: Keterpurukan dalam utang juga dapat berdampak pada kesehatan mental. Stres akibat utang yang menumpuk dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan isu kesehatan mental lainnya. Anak muda yang terjebak dalam utang sering merasa tertekan dan tidak berdaya. Yang dapat berdampak negatif tidak hanya pada kesejahteraan mereka sendiri tetapi juga pada hubungan dengan orang lain.
  • Pengaruh Terhadap Masa Depan Keuangan: Utang yang diambil di usia muda dapat memiliki konsekuensi jangka panjang. Ketika catatan kredit mereka buruk akibat keterlambatan atau kegagalan pembayaran. Hal ini dapat menghalangi mereka untuk mendapatkan layanan keuangan yang diperlukan di masa depan, seperti pinjaman rumah atau kredit. Potensi kehilangan kesempatan untuk berinvestasi di masa depan karena utang saat ini adalah risiko yang harus dipertimbangkan dengan serius.

Respon OJK dan Langkah-Langkah untuk Mengedukasi Anak Muda

Menghadapi isu ini, OJK telah aktif dalam memberikan edukasi tentang penggunaan produk keuangan yang bertanggung jawab. Dalam rangka mencegah dampak negatif dari utang paylater, berikut adalah beberapa langkah yang diambil oleh OJK:

  • Edukasi Literasi Keuangan: OJK berupaya meningkatkan literasi keuangan di kalangan anak muda melalui berbagai program edukasi. Ini termasuk seminar dan lokakarya yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan keuangan, penggunaan layanan keuangan, dan penghindaran utang berlebihan.
  • Pengaturan Layanan Paylater: OJK juga berfokus pada pengaturan layanan paylater, dengan menekankan pentingnya perusahaan penyedia layanan. Untuk memverifikasi kemampuan finansial pengguna sebelum memberikan akses pembiayaan. Ini bertujuan untuk mencegah anak muda dari terjebak dalam utang yang tidak dapat mereka bayar.
  • Kampanye Kesadaran Sosial: Menggunakan media sosial sebagai alat kampanye, OJK meluncurkan kampanye kesadaran untuk mendorong anak muda. Berpikir dua kali sebelum menggunakan layanan paylater. Kampanye ini juga menghadirkan cerita nyata dari individu yang mengalami dampak buruk akibat utang berlebihan. Untuk menunjukkan konsekuensi dari keputusan yang tidak dipikirkan dengan matang.

Mendorong Perilaku Konsumsi yang Bertanggung Jawab

Untuk mengatasi isu utang paylater di kalangan anak muda, penting untuk mendorong perilaku konsumsi yang bijak. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh individu dan masyarakat:

  • Membuat Rencana Keuangan: Membuat dan mematuhi rencana keuangan dapat membantu anak muda memprioritaskan pengeluaran dan menghindari utang yang tidak perlu. Penting untuk menetapkan anggaran yang mencakup pengeluaran esensial dan tidak melibatkan pinjaman untuk memenuhi gaya hidup.
  • Mengurangi Penggunaan Media Sosial: Karena FOMO cenderung dipicu oleh media sosial, mengurangi waktu yang dihabiskan di platform. Ini dapat membantu menurunkan tekanan untuk menghabiskan uang demi mengikuti tren. Fokus pada pertumbuhan pribadi dan pengalaman yang tidak terikat oleh materi dapat membantu menghindari tekanan sosial tersebut.
  • Mengutamakan Pendidikan Finansial: Penting bagi anak muda untuk terus belajar tentang manajemen keuangan. Pendidikan yang baik dapat membantu mereka memahami konsekuensi dari utang dan memberi mereka alat untuk membuat keputusan yang lebih baik. Mengikuti kursus atau pelatihan keuangan dapat memberikan pengetahuan berharga untuk membantu mereka mengatasi isu-isu keuangan di masa depan.

Kesimpulan

​Fenomena anak muda yang gemar menggunakan utang paylater merupakan refleksi dari kemudahan akses layanan keuangan di era digital. Tetapi juga merupakan hasil dari tekanan sosial yang dirasakan akibat FOMO dan YOLO meskipun ada manfaat dari layanan ini. Risiko yang ditimbulkan terhadap kesehatan keuangan jangka panjang sangatlah signifikan.

OJK dan seluruh pihak terkait harus terus berkolaborasi dalam meningkatkan literasi keuangan dan mengedukasi anak muda. Tentang risiko yang terkait dengan utang dengan pendekatan yang tepat anak muda dapat belajar untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih bijaksana. Sehingga dapat menikmati hidup tanpa terbebani oleh utang di masa depan.

Melalui pemahaman dan dukungan yang tepat, generasi muda dapat mengambil keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab dalam hal keuangan. Mengantisipasi dampak negatif yang bisa muncul dari penggunaan layanan paylater secara tidak terkendali.

Manfaatkan juga waktu anda untuk mengekspor lebih banyak lagi tentang FOMO INDONESIA.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *