Analisis Dampak Perilaku Fear of Missing Out (FoMO)
Fear of Missing Out (FOMO) adalah perasaan atau persepsi bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman yang lebih memuaskan.
Hal ini melibatkan keinginan untuk tetap terhubung dengan apa yang orang lain lakukan dan sering kali ditandai dengan kecemasan atau ketidaknyamanan ketika seseorang merasa bahwa mereka melewatkan sesuatu.
FOMO muncul sebagai akibat dari peningkatan penggunaan media sosial, yang membuat individu terus-menerus terpapar dengan cuplikan kehidupan orang lain. Dibawah ini FOMO PLUS INDONESIA akan memicu perbandingan sosial dan perasaan tidak mampu, yang selanjutnya memperburuk perasaan FOMO.
Asal Usul dan Definisi FoMO
Istilah “Fear of Missing Out” pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004 dan mulai banyak digunakan sejak 2010. Pada tahun 2013, psikolog Inggris menguraikan dan mendefinisikannya sebagai “kekhawatiran yang meresap bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman yang bermanfaat yang mana seseorang tidak hadir”.
FOMO dicirikan oleh keinginan untuk terus-menerus terhubung dengan apa yang orang lain lakukan. Konseptualisasi FOMO menggunakan teori penentuan nasib sendiri (SDT), yang dikembangkan oleh Ryan et al. dan diterapkan oleh Przybylski et al. untuk memahami apa yang mendorong FOMO. Dalam SDT, keterhubungan sosial dapat mendorong motivasi intrinsik, yang pada gilirannya dapat mendorong kesehatan mental yang positif.
Dampak Psikologis FoMO
FOMO dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, yang menyebabkan peningkatan kecemasan dan ketegangan emosional. Sering memeriksa media sosial karena takut ketinggalan meningkatkan kecemasan dan ketegangan emosional.
Perasaan kesepian, rendah diri, kecemasan sosial, perasaan rendah diri, dan depresi juga dapat dialami oleh orang-orang dengan FOMO. Perbandingan konstan dengan orang lain dapat membuat individu merasa tidak mampu. Selain itu, FOMO telah dikaitkan dengan gangguan tidur, kecemasan sosial, depresi klinis, dan penurunan kinerja akademik.
Baca Juga:
FoMO dan Penggunaan Media Sosial
FOMO berkorelasi erat dengan penggunaan media sosial, yang sering kali menyebabkan ketergantungan pada platform ini untuk menghasilkan kepuasan. Media sosial menyediakan sarana kompensasi bagi remaja dengan kecemasan sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka yang tidak terpenuhi selain komunikasi tatap muka. Namun, “kompensasi sosial” ini dapat menjadi masalah ketika memperkuat penghindaran tatap muka dan akibatnya meningkatkan kecemasan sosial.
Sifat komunikasi “sepanjang waktu” dapat menyebabkan perasaan kesepian dan tidak mampu melalui menyoroti aktivitas dan popularitas orang lain dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, yang mengarah ke lingkaran setan pengecekan dan keterlibatan kompulsif.
FoMO di Indonesia
Studi di Indonesia menunjukkan bahwa FOMO dapat memengaruhi perilaku pembelian dan pasca-pembelian konsumen generasi Z yang berbelanja online. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa tingkat FoMO di Indonesia tergolong dalam kategori sedang.
Adaptasi Skala FoMO di Indonesia bertujuan untuk mengukur FoMO tidak hanya dalam konteks sosial seperti pada penelitian sebelumnya. Skala yang dimodifikasi dengan 12 item terbukti menjadi instrumen yang valid dan andal untuk remaja Indonesia.
Strategi Mengatasi FoMO
Mengatasi FOMO melibatkan pengembangan strategi untuk mengurangi dampaknya terhadap kesejahteraan mental dan emosional. Salah satu pendekatannya adalah dengan membangun ketahanan melalui literasi tentang penggunaan media sosial dan pengembangan keterampilan sosial dan teknis.
Metode FoMO Reduction (FoMO-R) menghubungkan konteks penggunaan, ketakutan, dan tindakan balasan teknis. Ini juga memberikan materi pendidikan yang menjelaskan bagaimana FoMO terjadi dan bagaimana hal itu dapat ditangani, misalnya, melalui daftar periksa, pembicaraan dengan diri sendiri, dan manajemen harapan.
Teknik lain termasuk pengalihan perhatian, penilaian ulang kognitif, dan penetapan batasan untuk penggunaan media sosial. Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang informasi FOMO PLUS yang akan kami berikan setiap harinya.