Generasi Z Bisa Miskin Karena Doom Spending? Ini Dia Faktanya!
Generasi Z atau Gen Z, yang terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, memasuki dunia dewasa pada saat yang penuh tantangan.
Mereka menghadapi berbagai isu ekonomi yang kompleks, termasuk meningkatnya biaya hidup dan ketidakpastian pekerjaan. Di tengah situasi tersebut, muncul fenomena yang disebut “doom spending” atau pengeluaran yang tidak bijaksana sebagai respons terhadap stres dan ketidakpastian yang mereka rasakan. Berikut ini FOMO PLUS INDONESIA akan membahas mengapa doom spending menjadi masalah signifikan bagi Gen Z dan bagaimana perilaku ini dapat mengarahkan mereka ke dalam kemiskinan.
Memahami Doom Spending
Doom spending merujuk pada perilaku pengeluaran yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk meredakan stres atau perasaan negatif yang disebabkan oleh kondisi ekonomi yang tidak pasti, kekacauan politik, atau tekanan sosial. Istilah ini pertama kali populer setelah tahun 2020, ketika banyak orang menemukan diri mereka terjebak di dalam rumah akibat pandemi dan mulai mengeluarkan uang untuk pengalaman yang dianggap “meredakan” mental yang tertekan. Generasi Z, yang dikenal kuat dalam penggunaan media sosial dan keterpaparan terhadap informasi, sangat terpengaruh oleh fenomena ini.
Doom spending sering kali melibatkan pembelian impulsif untuk barang-barang yang tidak diperlukan, seperti pakaian, gadgets, atau kegiatan hiburan, demi mendapatkan perasaan bahagia sesaat. Ini menjadi lebih berbahaya karena pengeluaran tersebut sering kali dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap keuangan pribadi.
Faktor yang Mendorong Doom Spending di Gen Z
Salah satu faktor yang mendorong doom spending di kalangan Gen Z adalah tekanan dari media sosial yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari mereka. Jaringan sosial seperti Instagram dan TikTok menciptakan lingkungan di mana individu secara konstan membandingkan diri mereka dengan orang lain. Dalam banyak kasus, Gen Z merasa perlu untuk menunjukkan gaya hidup yang lebih glamor, berbelanja barang-barang baru, atau menghadiri acara-acara tertentu agar tidak ketinggalan tren.
Tekanan untuk memenuhi ekspektasi ini membuat banyak Gen Z merasa bahwa mereka harus mengeluarkan uang demi mempertahankan citra yang mereka bangun di media sosial. Akibatnya, mereka terjerumus dalam siklus belanja impulsif yang berkontribusi pada masalah keuangan jangka panjang.
Ketidakpastian Ekonomi dan Kesesakan Pekerjaan
Gen Z dihadapkan pada tantangan ekonomi yang lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya. Krisis ekonomi global, inflasi yang tinggi, dan ketidakstabilan pasar kerja menyebabkan banyak dari mereka merasa cemas tentang masa depan keuangan mereka. Survei menunjukkan bahwa banyak Gen Z merasa bahwa mereka kemungkinan besar akan berada dalam kondisi keuangan yang lebih buruk dibandingkan orang tua mereka.
Ketidakpastian ini sering kali mendorong mereka untuk mencari “pelarian” melalui belanja. Mengeluarkan uang untuk sesuatu yang mereka inginkan memberikan sensasi sejenak—sebuah cara untuk merasa lebih baik di tengah kekacauan yang mereka alami. Namun, ini menjadi bumerang ketika keputusan tersebut berujung pada utang yang semakin menumpuk.
Pengaruh Lingkungan Budaya dan Sosial
Faktor budaya dan sosial juga berperan penting dalam perilaku doom spending. Gen Z tumbuh dalam lingkungan di mana konsumerisme sangat ditekankan, dan mereka terpapar pada iklan yang berlebihan serta pengaruh trendsetter yang sering kali tidak realistis. Misalnya, platform e-commerce yang memberikan kemudahan dalam berbelanja memicu perilaku impulsif. Di mana klik sederhana bisa menciptakan rasa bahagia semu tanpa mempertimbangkan biaya jangka panjang.
Tidak hanya itu, budaya “instant gratification” atau keinginan akan kepuasan instan juga memperkuat kecenderungan ini. Banyak di antara mereka merasa bahwa mereka berhak mendapatkan hadiah untuk diri mereka sendiri setelah menghadapi tantangan atau stres. Sehingga memperburuk kebiasaan belanja yang tidak bijaksana.
Baca Juga: Lepas dari FOMO: Apa Itu JOMO dan Kenapa Kamu Harus Coba?
Bahaya Utang yang Menanti
Salah satu konsekuensi paling merugikan dari doom spending adalah akumulasi utang. Ketika para Gen Z berusaha memenuhi keinginan impulsif mereka, mereka sering kali tidak memperhatikan anggaran keuangan yang sehat. Dalam banyak kasus, mereka menggunakan kartu kredit untuk melakukan pembelian yang melebihi kemampuan mereka, yang pada akhirnya menjebak mereka dalam lingkaran utang.
Menurut survei yang dilakukan oleh Qualtrics, sekitar 32% responden dari kalangan Gen Z melaporkan bahwa mereka telah mengambil utang tambahan dalam enam bulan terakhir akibat perilaku doom spending ini. Hal ini menambahkan lapisan kedalaman pada masalah keuangan yang sudah ada. Di mana semakin banyak utang berarti semakin sulit bagi mereka untuk menciptakan keamanan keuangan di masa depan.
Strategi Mencegah Doom Spending
Untuk membantu Gen Z keluar dari siklus doom spending, diperlukan beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk mengelola keuangan dengan lebih baik:
- Menyusun Anggaran: Membuat anggaran bulanan yang realistis dapat membantu Gen Z memahami pemasukan dan pengeluaran mereka dengan jelas. Ini dapat mengarahkan mereka untuk lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang.
- Pendidikan Keuangan: Meningkatkan pengetahuan tentang manajemen keuangan sangat penting. Program pendidikan yang fokus pada perencanaan keuangan, investasi, dan pentingnya menabung dapat membantu Gen Z membuat keputusan yang lebih cerdas.
- Mengurangi Paparan Media Sosial: Mengurangi penggunaan media sosial dapat mengurangi perbandingan sosial yang tidak sehat. Dengan mengatur waktu atau bahkan melakukan “detoks media sosial,” individu dapat berfokus pada kehidupan pribadi mereka tanpa tekanan dari luar.
- Membangun Hobi Positif: Mengalihkan fokus dari belanja ke hobi atau aktivitas yang lebih bermanfaat dapat memberikan kepuasan yang lebih. Menemukan cara alternatif untuk mengatasi stres yang tidak melibatkan pengeluaran adalah langkah penting untuk memutus siklus doom spending.
Dampak Doom Spending Terhadap Kehidupan
Jika perilaku doom spending tidak diatasi, dampaknya bisa sangat merugikan bagi Gen Z dalam jangka panjang. Ketidakmampuan untuk mengelola keuangan dengan baik akan menghambat kemampuan mereka untuk menabung, berinvestasi, dan merencanakan masa depan. Akibatnya, banyak dari mereka bisa terjebak dalam siklus utang yang berujung pada kebangkrutan atau ketidakmapanan finansial.
Lebih jauh lagi, kondisi ini juga dapat berdampak pada kesehatan mental. Stres dan kecemasan terkait finansial dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang cukup serius, mengganggu produktivitas dan kualitas hidup mereka. Ini menciptakan siklus negatif di mana kekhawatiran finansial mendorong perilaku belanja lebih lanjut, yang pada akhirnya memperburuk kondisi keuangan mereka.
Kesimpulan
Doom spending adalah tantangan yang nyata bagi Gen Z. Namun dengan kesadaran dan langkah proaktif, mereka dapat mengambil kontrol dari kebiasaan finansial mereka. Penting bagi generasi ini untuk memahami dampak dari perilaku ini. Tidak hanya pada kondisi keuangan mereka saat ini, tetapi juga pada masa depan mereka. Dengan memfokuskan pada perencanaan keuangan yang matang dan membangun kebiasaan belanja yang lebih bijaksana.
Generasi Z dapat menjaga kesehatan finansial mereka dan membangun masa depan yang lebih stabil. Menghindari cilokan dorongan impulsif dan mengambil langkah menuju pengelolaan keuangan yang lebih baik. Dapat membuka jalan bagi mereka untuk mencapai tujuan hidup dan menekan angka kemiskinan yang mendekati mereka. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di KEPPOO INDONESIA.