Alasan Gen Z Sulit Menabung, Benarkah Karena Bergantung Pada Paylater?
Alasan Generasi Z, yang terdiri dari individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, menghadapi tantangan finansial.
Banyak dari mereka merasa kesulitan untuk menabung, dan beberapa analisis menunjukkan bahwa kecenderungan ini mungkin disebabkan oleh kebiasaan dalam menggunakan layanan paylater. Jadi, apa sih sebenarnya yang bikin Gen Z sulit menabung? Mari kita eksplorasi berbagai faktor yang berpengaruh pada keadaan ini.
Lifestyle yang Serba Cepat
Salah satu alasan utama mengapa Gen Z sulit menabung adalah gaya hidup yang mengedepankan kecepatan dan kenyamanan. Di era digital ini, semuanya bisa diakses hanya dengan satu ketukan di layar ponsel. Mulai dari aplikasi belanja online hingga layanan pembayaran online, semuanya dirancang untuk membuat hidup lebih mudah.
Kalau kamu lihat, banyak banget orang yang lebih milih buat memanfaatkan toko online karena bisa dapat barang hanya dengan klik. Mau membeli baju baru, gadget terbaru, atau sekadar snack favorit? Semuanya bisa dilakukan tanpa harus melangkah ke toko fisik. Sayangnya, ini juga membuat pengeluaran menjadi lebih tidak terkontrol. Dengan kemudahan yang ada, banyak generasi muda yang cenderung boros, menghabiskan uang tanpa perencanaan yang matang.
Pendapatan yang Tidak Stabil
Bagi banyak orang Gen Z, masuk ke dunia kerja bisa jadi susah. Banyak yang masih berjuang mencari pekerjaan tetap dengan gaji yang layak. Apalagi, munculnya Pekerjaan Freelance dan gig economy. Sekalipun mereka beasiswa atau punya pengalaman kerja, banyak yang harus menerima gaji yang lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya.
Ketidakstabilan pendapatan ini berdampak signifikan pada kemampuan mereka untuk menabung. Jika pengeluaran lebih besar dari pemasukan, jelas-jelas sulit untuk menyisihkan uang untuk ditabung. Misalnya, jika kamu punya pekerjaan paruh waktu atau freelance, bagaimana mungkin bisa menabung jika penghasilanmu tidak menentu?
Biaya Hidup yang Tinggi
Lebih lanjut, kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa biaya hidup semakin meningkat. Biaya pendidikan, sewa rumah, dan bahkan kebutuhan sehari-hari, semuanya makin mahal. Banyak Alasan Gen Z yang harus membayar sewa tempat tinggal yang bukan main mahalnya, terutama di kota-kota besar. Jadi, jika gaji tidak sebanding dengan pengeluaran, menabung jadi pekerjaan yang sangat berat.
Misalnya, jangan lupakan bahwa harga makanan juga naik. Dulu, mungkin kamu bisa dengan gampang menemukan makanan enak dengan harga terjangkau. Sekarang, untuk makan di luar saja, kamu mungkin harus mengeluarkan lebih banyak uang. Ini yang sering bikin Gen Z berpikir dua kali untuk menyisihkan dana untuk menabung.
Baca Juga: Strategi Mengatasi FOMO, Tetap Waspada di Dunia Media Sosial
Pengaruh Paylater
Nah, berbicara tentang paylater, layanan ini memang cukup memengaruhi perilaku keuangan Gen Z. Konsep paylater memungkinkan mereka untuk membeli barang sekarang dan membayar nanti. Ini tentu saja menggoda, terutama ketika ada diskon atau promosi menarik. Bayangkan, kamu bisa mendapatkan barang yang diinginkan tanpa harus menunggu sampai uangmu cukup. Gimana tidak, rasa ingin memiliki sesuatu secara instan memang sangat menggiurkan.
Tapi, inilah yang jadi masalah. Banyak dari mereka yang memperlakukan paylater seakan-akan itu adalah uang yang tak terbatas. Misalnya, mereka dapat mudah mengambil paket paylater tanpa memikirkan konsekuensi di kemudian hari. Banyak yang berakhir dengan tumpukan utang yang justru membuat mereka tidak bisa menabung. Akhirnya, gaji yang didapatkan bukannya disimpan, tapi malah digunakan untuk membayar utang-utang paylater ini.
FOMO (Fear of Missing Out)
FOMO atau Fear of Missing Out juga menjadi salah satu penyebab mengapa Gen Z kehilangan kesempatan untuk menabung. Istilah ini menggambarkan perasaan cemas atau takut ketinggalan tren, acara, atau pengalaman seru yang sedang hype. Ketika melihat teman-teman berlibur, makan di restoran mahal, atau mengikuti festival musik, dorongan untuk ikut serta mengalahkan keinginan untuk menabung.
Contohnya, jika ada ajakan untuk nonton konser, tanpa pikir panjang, mereka sering memilih untuk bergabung meskipun harus menggunakan uang yang seharusnya mereka tabung. “Gimana ya, kalau tidak ikut pasti nyesel!” Begitulah cara pikir banyak orang di generasi ini. Sering kali prioritaskan pengalaman moment saat ini daripada memikirkan masa depan.
Kecanduan Gadget dan Media Sosial
Kecanduan terhadap gadget dan media sosial juga berkontribusi pada kebiasaan belanja yang impulsif. Banyak Gen Z yang terpengaruh oleh iklan dan promosi yang muncul di media sosial. Melihat influencer atau teman-teman satu circle memamerkan barang baru membuat mereka merasa tertinggal jika tidak ikut membeli.
Ditambah lagi, dengan banyaknya platform media sosial yang mengedepankan foto dan video, Gen Z merasa perlu untuk “memiliki” barang-barang tersebut agar dianggap keren atau sesuai dengan tren. Sering kali, hal ini membuat mereka mengeluarkan uang untuk barang yang sebenarnya tidak terlalu penting, padahal jika uang tersebut disimpan, bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.
Kurangnya Literasi Keuangan
Selain faktor-faktor di atas, kurangnya literasi keuangan juga menjadi penyebab Alasan Generasi Z kesulitan menabung. Banyak dari mereka yang tidak diajarkan tentang cara mengelola uang dengan baik. Mereka tidak dilatih untuk membuat anggaran, memahami pentingnya menabung, atau bagaimana berinvestasi sejak dini.
Meskipun akses informasi sekarang sangat luas, pemahaman serta penerapan hal-hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari masih minim. Akibatnya, saat mereka mendapatkan uang, banyak yang menghabiskannya tanpa berpikir panjang. Untuk itu, mempelajari dan memahami dasar-dasar pengelolaan keuangan sangat penting agar mereka bisa mengatur keuangan dengan lebih bijak.
Solusi untuk Mengatasi Masalah Menabung
Setelah mengetahui berbagai alasan mengapa Alasan Generasi Z kesulitan menabung, penting untuk mencari solusi yang efektif agar mereka bisa lebih baik dalam mengelola keuangan. Berikut adalah beberapa tips yang bisa diimplementasikan:
- Membuat Anggaran: Salah satu cara terbaik untuk mengelola keuangan adalah dengan membuat anggaran. Dengan mencatat semua pemasukan dan pengeluaran, Gen Z bisa melihat dengan jelas di mana uang mereka mengalir dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.
- Mengurangi Penggunaan Paylater: Meminimalkan penggunaan layanan paylater dapat membantu mengurangi utang yang tidak perlu. Sebaiknya, pikirkan dengan baik sebelum menggunakan paylater dan cobalah untuk menyimpan uang terlebih dahulu sebelum membeli barang.
- Mencari Pendapatan Tambahan: Jika memungkinkan, cari cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan, seperti kerja sampingan atau freelance. Ini bisa memberikan lebih banyak ruang untuk menabung.
- Meningkatkan Literasi Keuangan: Edukasi diri sendiri tentang pengelolaan keuangan sangat penting. Ada banyak sumber daya online yang bisa diakses, seperti artikel, video, dan kursus yang mengajarkan tentang keuangan pribadi.
- Berpikir Jangka Panjang: Alih-alih hanya memikirkan kepuasan sesaat, penting untuk berpikir tentang masa depan. Memiliki rencana keuangan jangka panjang, seperti menabung untuk pendidikan atau investasi, bisa memberikan motivasi untuk menabung.
Kesimpulan
Menjadi bagian dari generasi yang sulit menabung bukanlah hal yang aneh, terutama di tengah berbagai tantangan yang dihadapi saat ini. Pengaruh media sosial, uang digital, dan pengeluaran yang tidak terduga dapat membuat generasi Z merasa terjebak dalam siklus pengeluaran.
Namun, dengan memahami berbagai faktor yang mempengaruhi kebiasaan keuangan, mereka dapat mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki keadaan. Dengan sedikit perubahan dalam pola pikir dan kebiasaan, Alasan Generasi Z dapat memulai perjalanan menabung untuk masa depan yang lebih baik. Jadi, mari sama-sama berusaha untuk mengatur keuangan dengan lebih bijak dan seimbang!
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di KEPPOO INDONESIA.