Banyak Mahasiswa Terjebak Utang Karna FOMO
FOMO telah menjadi fenomena yang berpengaruh besar pada perilaku keuangan mahasiswa di Indonesia, mengakibatkan banyak dari mereka terjebak dalam utang.
Bergesernya gaya hidup dan meningkatnya pengaruh media sosial membuat banyak mahasiswa merasa terpanggil untuk turut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas sosial dan konsumerisme. Meskipun FOMO sering kali dianggap sebagai masalah sepele, dampaknya terhadap kesehatan finansial mahasiswa tidak dapat diabaikan. FOMO PLUS INDONESIA akan membahas secara mendalam tentang hubungan antara FOMO, pengeluaran mahasiswa, dan konsekuensi berbentuk utang.
Definisi FOMO dan Dampaknya pada Mahasiswa
FOMO adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan rasa cemas atau khawatir ketika seseorang merasa tertinggal dari pengalaman atau aktivitas yang diikuti orang lain. Dalam konteks mahasiswa, FOMO sering kali tercemin dalam keinginan untuk menghadiri acara-acara, berkumpul dengan teman-teman, atau mengikuti tren yang sedang populer.
Dampak dari FOMO ini sangat signifikan, salah satunya adalah meningkatnya pengeluaran untuk memenuhi ekspektasi sosial. Mahasiswa sering kali merasa harus mengeluarkan uang lebih untuk pergi ke restoran trendy, membeli pakaian baru, atau menghadiri konser meskipun mereka sebenarnya tidak memiliki cukup uang untuk itu.
Menurut penelitian, mahasiswa yang mengalami FOMO cenderung melakukan pengeluaran yang tidak terencana dan impulsif . Hal ini menjadi semakin parah ketika mereka merasa harus meminjam uang untuk memenuhi gaya hidup yang mereka inginkan.
Statistika Utang Mahasiswa di Indonesia
Statistik menunjukkan bahwa utang mahasiswa di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak mahasiswa yang terjebak dalam lingkaran utang karena kebiasaan berbelanja yang tidak terkontrol.
Data yang dirilis menunjukkan bahwa lebih dari 50% mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan mereka dan terpaksa harus mengambil utang, baik melalui pinjaman bank ataupun pinjaman online .
Selain itu, survei juga menunjukkan bahwa mahasiswa dari latar belakang kurang mampu lebih rentan terhadap utang, terutama ketika mereka merasakan tekanan untuk “menyamai” gaya hidup teman-teman mereka yang mungkin berasal dari keluarga yang lebih mapan secara finansial. Ini menciptakan kesenjangan yang semakin nyata dalam pengalaman hidup mahasiswa, di mana mereka yang tidak mampu harus berjuang untuk memenuhi harapan sosial.
Baca Juga: Tips Jitu Mengatasi Ketakutan Ketinggalan di Era Digital!
Pengaruh Media Sosial Terhadap FOMO
Media sosial telah mengubah cara mahasiswa melihat dunia dan interaksi sosial mereka. Platform seperti Instagram dan TikTok tidak hanya menjadi alat untuk berbagi foto dan video, tetapi juga menjadi sumber utama untuk menampilkan gaya hidup mewah.
Mahasiswa yang mengikuti akun influencer atau teman-teman mereka yang aktif di media sosial sering merasa “ketinggalan” jika tidak berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang lebih aktif di media sosial lebih mungkin mengalami FOMO karena mereka terpapar terus menerus pada postingan yang menunjukkan pengalaman-permintaan sosial yang menawan.
Laporan dari Social Media Victims Law Center mencatat bahwa FOMO dapat menghasilkan keputusan keuangan yang buruk, seperti pengeluaran berlebihan untuk membuktikan diri atau mendapatkan perhatian di media sosial .
Kita juga dapat melihat bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memicu kebiasaan buruk dalam pengambilan keputusan finansial, di mana mahasiswa mengutamakan citra sosial dibandingkan kebutuhan pokok mereka .
Pengeluaran Impulsif dan Utang
Mahasiswa yang terjebak dalam fenomena FOMO cenderung terlibat dalam pengeluaran impulsif. Mereka merasa bahwa menghadiri suatu acara atau membeli suatu barang akan memberikan mereka validasi sosial. Sayangnya, tidak semua mahasiswa memiliki pemahaman finansial yang baik untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Utang cepat menjadi solusi bagi mahasiswa yang merasa terdesak untuk memenuhi kebutuhan sosial. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, mahasiswa yang terlibat dalam utang konsumsi meningkat tajam, di mana lebih dari 60% mahasiswa memanfaatkan layanan pinjaman online untuk membayar tagihan-tagihan yang muncul akibat pengeluaran impulsif mereka .
Biarkan kita dengan contoh nyata; seorang mahasiswa harus membayar uang tiket konser yang mahal, tetapi harus meminjam uang untuk membayarnya karena tidak memiliki cukup dana. Ketika mereka meminjam uang, juga muncul bunga yang harus dibayar, sehingga utang mereka semakin menumpuk.
Keterampilan Literasi Keuangan
Kurangnya literasi keuangan di kalangan mahasiswa merupakan salah satu faktor yang memperburuk kondisi ini. Banyak mahasiswa tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara mengelola uang mereka dengan baik. Pada tahun 2022, survei menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan di kalangan generasi muda hanya berada pada angka sekitar 43% .
Literasi keuangan yang rendah membuat mahasiswa kesulitan dalam merencanakan anggaran dan menghindari utang. Penting bagi mahasiswa untuk belajar bagaimana cara menyusun anggaran, memahami perilaku konsumsi, dan mengambil keputusan keuangan yang bijaksana.
Pentingnya pendidikan tentang pengelolaan keuangan di kampus sangat perlu ditekankan. Beberapa universitas di Indonesia mulai menawarkan kursus tentang literasi keuangan untuk membantu mahasiswa menghadapi tantangan ini.
Upaya Mengatasi FOMO dan Utang
Terdapat beberapa strategi yang dapat diimplementasikan oleh mahasiswa untuk mengatasi masalah FOMO dan menghindari utang:
- Menyusun Anggaran: Mahasiswa perlu menyusun anggaran yang jelas untuk memantau pengeluaran mereka. Mengetahui secara tepat berapa banyak uang yang tersedia setiap bulan dapat membantu memperkecil pengeluaran yang tidak perlu.
- Edukasi tentang Keuangan: Mengikuti program pelatihan literasi keuangan yang ditawarkan oleh universitas atau lembaga keuangan. Dapat membantu mahasiswa meningkatkan pengetahuan mereka tentang pengelolaan uang.
- Mengurangi Penggunaan Media Sosial: Untuk mengurangi tekanan dari FOMO, mahasiswa dapat membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial. Ini membantu mereka untuk fokus pada pengembangan diri dan perencanaan keuangan yang lebih baik.
- Menyadari Ketidakpastian Finansial: Penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa tidak semua orang memiliki situasi keuangan yang sama. Tidak ada salahnya untuk menjelaskan kepada teman-teman tentang keterbatasan finansial mereka.
Kesimpulan
FOMO telah menjadi fenomena yang berpengaruh besar pada perilaku keuangan mahasiswa di Indonesia. Mengakibatkan banyak dari mereka terjebak dalam utang yang tidak terencana dengan meningkatnya penggunaan media sosial. Dan gaya hidup konsumtif, mahasiswa harus lebih waspada dalam mengambil keputusan finansial.
Pendidikan literasi keuangan dan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan anggaran yang baik sangat penting bagi mahasiswa. Melalui langkah-langkah strategis, mahasiswa dapat menghindari jebakan FOMO. Dan mengelola keuangan mereka dengan lebih baik untuk masa depan yang lebih stabil dan sehat.
Mengatasi FOMO bukan hanya tentang memfilter pengalaman sosial, tetapi juga tentang menemukan keseimbangan yang sehat antara kebutuhan finansial dan sosial. Ini adalah tantangan yang perlu dihadapi oleh generasi saat ini untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengekspor lebih banyak lagi tentang FOMO INDONESIA.