Drama FOMO di Kedai Kue: Pembeli Marah Besar Saat Tiramisu Ludes!

bagikan

Drama FOMO tak terduga terjadi di sebuah kedai kue viral ketika seorang pembeli marah besar karena tidak kebagian tiramisu favoritnya.

Drama FOMO di Kedai Kue: Pembeli Marah Besar Saat Tiramisu Ludes!

Insiden ini bukan hanya soal kue yang habis, melainkan potret nyata dari fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang kini menjangkiti banyak orang. Apa yang membuat seseorang kehilangan kendali hanya karena sepotong tiramisu? Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran FOMO PLUS INDONESIA.

tebak skor hadiah pulsa  

Tiramisu yang Viral Awal dari Segalanya

Kafe La Petite Crème awalnya hanyalah satu dari sekian banyak kafe di Jakarta. Namun, segalanya berubah ketika seorang food vlogger ternama mengunggah video tentang tiramisu buatan mereka. Dengan lighting yang menggoda, musik yang menghipnotis, dan testimoni seenak di Italia, video itu viral. Dalam semalam, antrean mengular, reservasi penuh berminggu-minggu, dan tiramisu jadi rebutan. Sayangnya, viralitas itu juga memicu sisi gelap dari tren internet yakni FOMO.

Insiden di Balik Antrean

Menurut saksi mata, seorang pelanggan wanita datang sekitar pukul 14.00. Ia menunggu 20 menit sebelum mendapat meja. Namun, begitu ingin memesan tiramisu, pelayan dengan sopan mengatakan bahwa stok hari itu telah habis.

Respons sang pelanggan sangat emosional. Dengan nada tinggi, ia menuduh kafe tidak profesional dan pelayan dianggap tidak kompeten. Ia bahkan mengancam akan membuat expose di media sosial. Beberapa pengunjung lainnya hanya bisa saling pandang, tak menyangka bahwa dessert yang seharusnya menyenangkan bisa memicu kemarahan yang begitu besar.

Baca Juga: Kecanduan FOMO di Sosmed Hati Hati Overstimulasi Otak Ini Cara Mengatasinya!

FOMO dan Tekanan Sosial Digital

FOMO dan Tekanan Sosial Digital

Apa yang terjadi pada pelanggan tersebut bisa dijelaskan oleh fenomena psikologis bernama FOMO. Ini adalah perasaan takut tertinggal atau tidak ikut dalam momen yang sedang menjadi tren. Ketika seseorang melihat tiramisu itu viral, muncul rasa aku juga harus mencobanya. Jika tidak, ia merasa ketinggalan atau bahkan merasa kurang relevan secara sosial.

Apalagi di era digital, banyak orang merasa perlu untuk membuktikan keberadaan dan status sosial mereka lewat unggahan. Tak sedikit yang datang ke kafe bukan hanya untuk mencicipi, tapi agar bisa memposting aku sudah coba tiramisu viral ini di Instagram atau TikTok.

Budaya Konsumsi yang Tidak Sadar

Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak keputusan konsumsi saat ini bukan lagi berdasarkan kebutuhan atau selera pribadi, melainkan tekanan sosial yang tersembunyi. Tiramisu yang sebenarnya hanya makanan penutup biasa, bisa menjadi simbol status atau akses ke tren. Bahkan kekecewaan atas ketidaksesuaian ekspektasi bisa berubah menjadi kemarahan yang tidak proporsional, seperti yang terjadi dalam insiden di kafe tadi.

Peran Media Sosial Dalam Mempercepat FOMO

Platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter memiliki algoritma yang memperkuat viralitas dan memancing keinginan massa. Ketika satu konten populer, pengguna lain beramai-ramai ingin menjadi bagian dari gelombang itu. Efek domino ini membuat satu produk bisa habis dalam hitungan jam, bahkan menit. Media sosial membuat persepsi kita terhadap kebaruan dan nilai menjadi sangat sementara dan tidak selalu rasional.

Kesimpulan

Drama FOMO di Kedai Kue yang meneriaki pelayan karena kehabisan tiramisu bukan hanya soal emosi sesaat. Ini adalah refleksi dari tekanan sosial yang timbul akibat budaya FOMO yang diperkuat media sosial. Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh pembuktian digital, penting bagi kita untuk kembali mengasah kesadaran apakah keputusan kita benar-benar karena kebutuhan, atau hanya karena takut tertinggal tren? Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di FOMO PLUS INDONESIA.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari food.detik.com
  2. Gambar Kedua dari food.detik.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *