FOMO Dalam Dunia Digital, Ancaman Nyata Kesehatan Mental
Dalam dunia digital yang serba cepat saat ini fenomena Fomo telah menjadi ancaman nyata bagi kesehatan mental.
Namun, di balik segala kemudahan yang ditawarkan teknologi dan media sosial, muncul fenomena yang diam-diam menggerogoti kesejahteraan mental banyak orang: FOMO atau Fear of Missing Out. Fenomena ini bukan hanya soal takut ketinggalan informasi atau tren, tetapi juga berkaitan erat dengan tekanan sosial, kecemasan, hingga penurunan kualitas hidup. FOMO PLUS INDONESIA akan membahas lebih dalam lagi mengenai FOMO dalam dunia digital.
Apa Itu FOMO?
FOMO adalah perasaan takut atau cemas yang muncul karena merasa tertinggal dari aktivitas, tren, atau momen yang sedang terjadi di tempat lain—terutama yang terlihat di media sosial. Misalnya, saat melihat teman-teman liburan, menghadiri konser, atau sukses dalam pekerjaan, seseorang bisa merasa tertinggal, iri, bahkan tidak berharga.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan secara formal pada awal tahun 2000-an, namun popularitasnya melonjak seiring dengan maraknya penggunaan platform digital seperti Instagram, TikTok, dan Twitter. Dengan hanya beberapa sentuhan jari, kita bisa melihat kehidupan orang lain—yang seringkali ditampilkan secara “sempurna”—dan hal ini dapat memicu rasa tidak puas terhadap diri sendiri.
Bagaimana FOMO Mempengaruhi Kesehatan Mental?
Rasa takut tertinggal yang terus-menerus dapat memberikan dampak serius pada kesehatan mental. Beberapa efek yang sering terjadi akibat FOMO antara lain:
-
Kecemasan dan stres: Terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain membuat seseorang merasa tidak cukup baik atau kurang berhasil.
-
Gangguan tidur: Banyak orang sulit tidur karena terus scroll media sosial, takut ketinggalan informasi terbaru.
-
Depresi: Perasaan tidak berdaya dan minder akibat FOMO bisa menjadi pemicu depresi, terutama jika terus-menerus merasa kalah dalam ‘persaingan sosial’.
-
Kehilangan fokus dan produktivitas: FOMO membuat orang teralihkan dari pekerjaan atau tanggung jawab penting karena terus mengikuti tren atau kegiatan orang lain.
Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh remaja atau pengguna aktif media sosial, tetapi juga oleh orang dewasa yang mengalami tekanan sosial dalam pekerjaan atau gaya hidup.
Baca Juga: JOMO Cara Menghindari FOMO, Simak Penjelasan Ahli
Media Sosial dan Budaya Perbandingan
Media sosial memang memberikan kesempatan untuk terhubung, berbagi, dan berekspresi. Namun, di sisi lain, platform ini juga menciptakan budaya perbandingan yang tidak sehat. Saat seseorang hanya melihat momen terbaik dari kehidupan orang lain—yang telah dipilih dan diedit sedemikian rupa—maka mudah timbul perasaan bahwa hidup sendiri tidak sebaik orang lain.
Fenomena ini diperparah dengan algoritma media sosial yang memperlihatkan konten-konten viral atau populer, sehingga pengguna merasa harus terus mengikuti agar tidak “tertinggal zaman”. Akibatnya, orang semakin terjebak dalam siklus konsumsi konten yang tidak memberikan kepuasan sejati, melainkan hanya meningkatkan tekanan batin.
Mengatasi FOMO: Pilihan yang Sadar
Menghindari FOMO bukan berarti harus berhenti menggunakan media sosial sepenuhnya, tetapi lebih kepada bagaimana kita menggunakannya dengan bijak. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
- Sadari bahwa media sosial bukan kenyataan utuh: Apa yang ditampilkan hanyalah potongan terbaik, bukan kehidupan sesungguhnya.
- Latih rasa syukur: Fokus pada apa yang dimiliki dalam hidup sendiri, bukan apa yang dimiliki orang lain.
- Buat batasan digital: Atur waktu penggunaan gadget, aktifkan mode senyap, atau luangkan waktu tanpa teknologi.
- Latih mindful living: Hidup di saat ini tanpa terus membandingkan diri dengan dunia luar.
- Bangun koneksi nyata: Prioritaskan hubungan sosial secara langsung ketimbang interaksi maya.
Kesimpulan
FOMO adalah konsekuensi nyata dari kehidupan digital yang terus berkembang. Meski terlihat sepele, dampaknya terhadap kesehatan mental sangat signifikan. Rasa takut tertinggal bisa berubah menjadi kecemasan, stres, hingga depresi.
Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk lebih sadar dalam menggunakan teknologi dan media sosial. Hidup tidak selalu tentang ikut-ikutan—kadang, kebahagiaan sejati justru datang saat kita belajar menikmati apa yang ada dan siapa diri kita sebenarnya.
Manfaatkan waktu anda untuk mengeksplorisasi ulasan menarik lainnya mengenai fomo hanya di FOMO PLUS INDONESIA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari retizen.republika.co.id
- Gambar Kedua dari jaringanprima.co.id