Generasi Z: Hedonisme dan FOMO, Dua Wajah Menarik Era Viral
Generasi Z, atau yang lebih akrab disebut Gen Z, mencakup mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012.
Sebagai generasi yang tumbuh di era teknologi tinggi dan media sosial, hidup mereka dipenuhi dengan warna-warna baru yang mencolok. Namun, di balik tren fashion yang unik dan gaya hidup yang penuh warna ini, ada dua fenomena yang mendominasi: hedonisme dan ketakutan ketinggalan (FOMO). Mari kita telusuri bagaimana kedua hal ini membentuk cara hidup Gen Z dan dampaknya terhadap kesejahteraan mental mereka.
Apa Itu Hedonisme dan Mengapa Gen Z Memeluknya?
Hedonisme sering kali dipahami sebagai pencarian kesenangan dan penghindaran rasa sakit. Dalam konteks Gen Z, hedonisme ini tidak selalu berarti pesta pora dan alkohol melimpah. Generasi ini mulai mengartikan kesenangan dengan cara yang lebih beragam. Menurut survei, sekitar 43% Gen Z menganggap penting melakukan hal-hal yang dapat memberikan mereka kesenangan dan menikmati setiap momen yang ada. Artinya, mereka lebih suka berinvestasi dalam pengalaman yang membawa kebahagiaan jangka panjang alih-alih keinginan sesaat yang sifatnya merugikan, seperti mabuk-mabukan.
Namun, di era di mana media sosial merajai kehidupan sehari-hari, kesenangan kini juga diukur dengan popularitas dan perhatian yang mereka terima. Banyak Gen Z yang merasa perlu untuk membagikan momen-momen terbaik mereka di platform seperti Instagram dan TikTok. Menciptakan citra ideal di depan orang lain. Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa mereka sering dibandingkan dengan diri sendiri atau orang lain. Menciptakan siklus pencarian kesenangan yang berpotensi membuat mereka merasa tidak puas.
FOMO: Ketakutan Ketinggalan yang Melanda
Jika hedonisme menggambarkan pencarian kesenangan, FOMO adalah sisi gelap dari perjalanan itu. Singkatan dari “Fear of Missing Out”, FOMO merupakan kecemasan yang muncul karena merasa tidak terlibat dalam pengalaman atau peristiwa yang dinamis yang dilakukan oleh orang lain. Dalam kehidupan Gen Z, peningkatan penggunaan media sosial telah memperparah FOMO. Bayangkan scrolling feed Instagram dan melihat teman-temanmu berlibur di pantai, seru-seruan di konser, atau hanya hangout di kafe hits. Rasanya, dunia bergerak maju tanpa kita.
Berdasarkan sebuah penelitian, lebih dari 80% Gen Z mengaku memiliki FOMO yang memengaruhi kesejahteraan mental mereka. Ketika melihat teman-teman mereka melakukan berbagai aktivitas menyenangkan, mereka merasa tertinggal, dan tanpa sadar memaksakan diri untuk ikut serta. Bahkan jika itu berarti melebihi anggaran atau mengubah prioritas hidup mereka. Pengeluaran yang berlebihan untuk menghadiri acara sosial terkait erat dengan FOMO, di mana banyak yang lebih memilih mengeluarkan uang untuk kesenangan saat ini daripada menabung untuk masa depan.
Mengatasi FOMO dan Menemukan Kebahagiaan Sejati
Meskipun FOMO dan hedonisme bisa mengganggu, Gen Z mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental. Mereka mengerti bahwa menghabiskan waktu melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai atau yang menguras dompet hanya akan berakibat pada penurunan kebahagiaan secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengatasi FOMO adalah dengan mengubah cara pandang mereka terhadap kebahagiaan dan pengalaman. Alih-alih hanya mengejar kesenangan yang terlihat. Banyak Gen Z kini menggali makna yang lebih dalam dalam setiap pengalaman.
Mengatur batasan dalam berpartisipasi di acara sosial dan memberi lebih banyak ruang untuk kesenangan yang lebih tenang seperti berdiam di rumah sambil menonton film atau berkumpul dengan teman dekat menjadi praktik yang semakin umum. Banyak dari mereka berusaha lebih sadar akan keputusan yang mereka ambil. Ini adalah langkah positif menuju pengelolaan kesehatan mental lebih baik.
Baca Juga: Jangan Salah, FOMO-JOMO Tak Selalu Soal Media Sosial!
Dua Sisi Koin: Balance antara Hedonisme dan Kesadaran Diri
Tidak bisa dipungkiri bahwa Gen Z adalah generasi yang sangat sadar akan kesehatan mental dan kesejahteraan pribadi. Termasuk dalam fenomena hedonisme adalah keinginan untuk menemukan kebahagiaan melalui gaya hidup sehat. Banyak Gen Z yang mulai beralih dari gaya hidup hedonis tradisional yang berfokus pada alkohol ke pola hidup lebih sehat, seperti kegiatan kebugaran, yoga, dan konsumsi makanan organik. Dalam hal ini, hedonisme telah mengalami transformasi menjadi “neo-hedonisme” mencari kesenangan dalam hal-hal yang lebih konstruktif dan bermanfaat bagi diri mereka sendiri.
Fenomena ini bukan tanpa alasan. Kesadaran tentang dampak negatif dari alkohol dan pesta pora membuat banyak dari mereka memilih untuk menghabiskan waktu dengan cara yang lebih positif. Menikmati aktivitas fisik seperti lari pagi atau pergi ke festival tanpa alkohol menjadi alternatif yang semakin populer. Dengan meloncat ke tren tren kesehatan mental dan fisik ini, Gen Z berharap bisa mencapai kehidupan yang lebih seimbang, di mana kesenangan dan kesehatan sejalan.
Teknologi dan Peran Media Sosial
Media sosial berperan ganda dalam kehidupan Gen Z. Di satu sisi. Platform ini menciptakan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri dan terhubung dengan orang lain. Namun, di sisi lain, hal itu juga menciptakan tekanan untuk selalu terlihat sempurna dan bahagia. Banyak Gen Z merasa bahwa mereka perlu membandingkan diri dengan teman-teman mereka yang tampaknya menjalani hidup yang lebih baik. Ini berujung pada perasaan ketidakcukupan.
Hal ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, yang mungkin tidak terlalu terpapar pada informasi real-time tentang kehidupan orang lain. Generasi Z tidak hanya merasakan kebutuhan untuk memenuhi harapan orang lain, tetapi juga merasakan tekanan untuk menjadi bagian dari komunitas yang aktif dan mengasyikkan di media sosial. Keseringan penggunaan media sosial ini bisa mengganggu kesehatan mental mereka, memicu kecemasan dan depresi. Karena mereka merasa terjebak dalam siklus perbandingan yang tak berujung.
Kesimpulan
Hidup Gen Z dipenuhi dengan dinamika antara pencarian kesenangan dan ketakutan akan ketinggalan yang sering kali mengganggu kesejahteraan mental mereka. Dalam masyarakat yang semakin terhubung melalui media sosial, mereka berhadapan dengan tantangan untuk menemukan arti sebenarnya dari kebahagiaan. Meskipun hedonisme memberikan kesempatan untuk menikmati berbagai pengalaman, banyak yang mulai menyadari bahwa kesenangan sejati tidak selalu diukur dari popularitas atau seberapa banyak mereka terlibat dalam setiap acara sosial.
Kesadaran ini mendorong Gen Z untuk mengeksplorasi bentuk kesenangan yang lebih bermakna dan berkelanjutan. Seperti menjaga kesehatan, berinvestasi dalam hubungan yang lebih intim, dan lebih bersyukur terhadap momen kecil dalam hidup.
Mengatasi FOMO dan menumbuhkan pola pikir yang positif adalah langkah penting bagi mereka untuk tidak hanya tetap relevan. Tetapi juga menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati di dunia yang bising dan penuh tekanan ini. Dalam jangka panjang, pencarian ini diharapkan dapat membentuk generasi yang lebih tangguh, bijaksana, dan bahagia di tengah perubahan yang cepat.
Seiring dengan berjalannya waktu, mari berharap bahwa mereka bisa menemukan keseimbangan yang tepat antara kedua sisi kehidupan ini. Sehingga tidak hanya bisa meraih kesenangan tetapi juga menemukan kedamaian dan kepuasan di dalam diri mereka. Dalam dunia yang terus berubah, yang dibutuhkan adalah kejelasan diri dan keberanian untuk menempatkan kebahagiaan dan kesehatan di atas tekanan eksternal.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di FOMO PLUS INDONESIA.