Psikolog: Anak Usia Remaja Berpacaran Karena FOMO dan FOPO
FOMO dan FOPO adalah fenomena yang nyata dan dapat mempengaruhi keputusan remaja untuk berpacaran seringkali muncul.
Masa remaja adalah periode transisi yang penuh dinamika, di mana individu mengalami berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial. Pada fase ini, keinginan untuk diterima dalam kelompok sebaya dan rasa ingin tahu terhadap hubungan romantis seringkali muncul. Namun, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) dan Fear of Other People’s Opinions (FOPO) dapat mempengaruhi keputusan remaja untuk berpacaran, bukan semata-mata karena kesiapan atau keinginan pribadi.
Memahami FOMO dan FOPO Pada Remaja
FOMO, atau ketakutan akan ketinggalan. Adalah perasaan cemas yang muncul ketika seseorang merasa tidak terlibat dalam pengalaman yang dianggap menarik atau penting oleh orang lain. Pada remaja, FOMO seringkali dipicu oleh media sosial, di mana mereka melihat teman-teman mereka berbagi momen-momen menarik. Seperti berpacaran atau menghadiri acara tertentu.
Hal ini menimbulkan perasaan bahwa mereka melewatkan sesuatu yang penting jika tidak melakukan hal yang sama.
FOPO, atau ketakutan terhadap pendapat orang lain. Adalah kecemasan yang timbul karena kekhawatiran tentang bagaimana orang lain menilai diri kita. Remaja yang mengalami FOPO cenderung sangat memperhatikan opini teman-teman sebaya dan masyarakat sekitar. Sehingga mereka mungkin melakukan sesuatu, termasuk berpacaran, untuk mendapatkan penerimaan atau menghindari penilaian negatif.
Tekanan Sosial dan Keputusan Berpacaran
Psikolog Wahyu Bintari, S.Psi, M.Psi, mengungkapkan bahwa banyak remaja akhirnya mencoba berpacaran karena tekanan sosial dari lingkungan sekitar. Misalnya, komentar seperti “kamu sudah 17 tahun tapi kok belum pacaran” dapat membuat remaja merasa minder dan terdorong untuk menjalin hubungan romantis meskipun sebenarnya belum siap atau tidak memiliki keinginan tersebut.
Tekanan ini seringkali diperkuat oleh media sosial, di mana remaja melihat teman-teman sebaya mereka memamerkan hubungan romantis. Hal ini menimbulkan perasaan bahwa berpacaran adalah norma atau standar yang harus diikuti untuk dianggap “normal” atau “keren”. Akibatnya, remaja mungkin memaksakan diri untuk berpacaran demi memenuhi ekspektasi sosial dan menghindari perasaan tertinggal atau dinilai negatif oleh orang lain.
Baca Juga: FOMO di Era Digital: Dampak Media Sosial Pada Mental
Dampak FOMO dan FOPO Terhadap Remaja
Keterlibatan dalam hubungan romantis tanpa kesiapan emosional dapat berdampak negatif pada kesejahteraan remaja. Mereka mungkin mengalami stres, kecemasan, atau bahkan depresi jika hubungan tersebut tidak berjalan sesuai harapan.
Selain itu, keputusan untuk berpacaran yang didasarkan pada tekanan sosial dapat menghambat perkembangan identitas diri yang sehat. Karena remaja lebih fokus pada memenuhi ekspektasi orang lain daripada memahami keinginan dan kebutuhan pribadi mereka.
FOMO juga dapat menyebabkan kecanduan media sosial, di mana remaja terus-menerus memeriksa pembaruan untuk memastikan mereka tidak ketinggalan informasi atau momen penting. Penelitian menunjukkan bahwa remaja rentan terhadap FOMO karena pengaruh media sosial, hasrat untuk terus terkoneksi dengan orang lain, kebutuhan akan pujian dan pengakuan, serta rendahnya kontrol diri.
Peran Orang Tua Dalam Mengatasi FOMO dan FOPO
Untuk membantu remaja mengatasi FOMO dan FOPO, peran orang tua dan lingkungan sangat penting. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
-
Membangun Hubungan yang Dekat dengan Anak: Dengan kedekatan emosional yang kuat, anak akan merasa lebih nyaman menjadi dirinya sendiri tanpa perlu khawatir tentang pendapat orang lain.
-
Mendorong Keterbukaan dan Komunikasi: Orang tua sebaiknya menciptakan lingkungan yang mendukung keterbukaan. Sehingga anak merasa aman untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka tanpa takut dihakimi.
-
Memberikan Pemahaman tentang Media Sosial: Ajarkan anak untuk memahami bahwa apa yang ditampilkan di media sosial seringkali hanya sisi positif dari kehidupan seseorang dan bukan gambaran keseluruhan.
-
Mengajarkan Kedisiplinan Diri: Bantu anak mengembangkan kontrol diri dan kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan keinginan dan kebutuhan pribadi, bukan karena tekanan sosial.
-
Menjadi Teladan yang Baik: Orang tua yang menunjukkan sikap tidak terlalu peduli dengan pendapat orang lain dan tidak mudah terpengaruh oleh tren dapat menjadi contoh positif bagi anak.
Kesimpulan
FOMO dan FOPO adalah fenomena yang nyata dan dapat mempengaruhi keputusan remaja untuk berpacaran. Tekanan sosial dan keinginan untuk diterima oleh lingkungan sekitar dapat mendorong remaja menjalin hubungan romantis tanpa kesiapan yang memadai.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan lingkungan untuk memberikan dukungan, pemahaman, dan bimbingan agar remaja dapat membuat keputusan yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan serta keinginan pribadi mereka.