Tren #KaburAjaDulu Hingga FOMO Anak Muda Kita
Tren #KaburAjaDulu media sosial ini menjadi sesuatu yang positif atau negatif tergantung pada bagaimana setiap individu menghadapinya.
Tren media sosial seakan tidak pernah ada habisnya. Setiap beberapa bulan, selalu ada istilah baru yang viral, mengundang perhatian, bahkan sering kali menjadi cara untuk menggambarkan keadaan emosional atau sosial tertentu.
Salah satu tren terbaru yang tengah marak di kalangan anak muda Indonesia adalah hashtag #KaburAjaDulu, yang dengan cepat menjadi simbol pelarian sementara dari rutinitas yang terasa menjemukan. Namun, di balik tren ini ada satu fenomena yang turut muncul FOMO atau Fear of Missing Out. Apa kaitannya antara keduanya, dan mengapa tren ini bisa begitu populer di kalangan generasi muda?
Apa Itu #KaburAjaDulu?
#KaburAjaDulu merupakan sebuah ungkapan yang sering digunakan di media sosial untuk menggambarkan keinginan untuk melarikan diri sejenak dari tekanan kehidupan sehari-hari.
Ini adalah semacam ajakan untuk berhenti sejenak dari rutinitas yang melelahkan, baik itu pekerjaan, kuliah, hingga masalah pribadi. Kata “kabur” di sini tidak dimaknai secara harfiah, tetapi lebih pada sebuah tindakan untuk mencari ketenangan, menghilangkan stres, atau sekadar menikmati kebebasan sesaat.
Bisa dengan pergi liburan ke tempat yang jauh dari keramaian. Atau bahkan hanya melarikan diri dari hiruk-pikuk kota besar.
Tren ini sangat relevan di tengah masyarakat yang semakin terdigitalisasi dan memiliki tuntutan kehidupan yang semakin berat. Rutinitas yang padat, tekanan di tempat kerja, maupun ekspektasi masyarakat. Semuanya menyumbang pada kebutuhan untuk “kabur” dan mencari waktu untuk diri sendiri.
Secara psikologis, tindakan ini memberikan anak muda kesempatan untuk memulihkan energi dan kesehatan mental mereka.
Hubungan Antara #KaburAjaDulu dan FOMO
Ternyata, meskipun terlihat bertolak belakang. #KaburAjaDulu dan FOMO saling terkait. Dalam dunia yang penuh dengan FOMO, di mana banyak anak muda merasa tekanan untuk selalu terlihat aktif dan terlibat dalam tren atau acara sosial tertentu. #KaburAjaDulu menjadi semacam pelarian yang justru mendorong orang untuk berhenti sejenak dan kembali fokus pada diri mereka sendiri.
Menggunakan #KaburAjaDulu adalah cara bagi anak muda untuk mengungkapkan bahwa meskipun ada ketakutan untuk ketinggalan. Mereka tetap ingin meluangkan waktu untuk diri sendiri, tanpa merasa perlu terjebak dalam tuntutan sosial yang tak ada habisnya.
Ironisnya, dengan mengikuti tren ini, seseorang bisa merasakan FOMO terhadap orang-orang yang tidak mengikuti gaya hidup mereka, yang cenderung “terjebak” dalam rutinitas tanpa waktu untuk bersenang-senang.
Dalam konteks ini, #KaburAjaDulu menjadi cara untuk merayakan pelarian dari kepadatan aktivitas sosial dan pekerjaan, meskipun pada saat yang sama, ada tekanan untuk tidak ketinggalan hal-hal seru lainnya yang terjadi di luar sana.
Baca Juga:
Mengapa #KaburAjaDulu Populer di Kalangan Anak Muda?
Keinginan untuk melarikan diri atau mencari pelarian sesaat bukanlah hal baru. Namun, dengan berkembangnya media sosial, ekspresi dan pengalaman pribadi pun semakin mudah dibagikan ke dunia.
Hashtag #KaburAjaDulu mencerminkan keinginan anak muda untuk berbagi momen pelarian mereka, baik itu dalam bentuk perjalanan, hobi, atau bahkan waktu yang dihabiskan dengan teman-teman untuk melepaskan penat.
Ada kesan bahwa semakin banyak orang yang ikut berpartisipasi. Semakin terasa sah dan normal untuk mengambil waktu liburan atau sekadar “kabur” dari masalah.
Selain itu, tren ini memberikan pesan yang sangat humanis. Di dunia yang serba kompetitif, di mana banyak orang merasa tertekan untuk selalu tampil sukses dan produktif, hashtag ini mengingatkan bahwa istirahat juga penting.
Dalam hal ini, #KaburAjaDulu memberikan ruang bagi anak muda untuk merasa bahwa mereka tidak perlu terus-menerus mengejar hal-hal yang “serius” atau “penting.” Ada kebebasan untuk menikmati kehidupan tanpa rasa bersalah.