|

Tren Kencan Throning ala Gen Z, Pacaran Biar Dianggap Keren

bagikan

Kencan ala Gen Z selalu dipenuhi dengan inovasi dan kreatifitas dalam memilih pasangan. Salah satu tren terbaru yang muncul adalah throning, yang menjadi perbincangan hangat di kalangan muda.

Tren Kencan Throning ala Gen Z, Pacaran Biar Dianggap Keren

Tren ini berbeda dari konsep kencan tradisional yang mengutamakan cinta dan komitmen. Dibawah ini FOMO PLUS INDONESIA kita akan mengupas lebih dalam tentang apa itu throning, asal-usulnya, serta dampaknya terhadap hubungan interpersonal.

Apa Itu Throning?

Throning merupakan istilah yang digunakan oleh generasi Z untuk mendeskripsikan kebiasaan berkencan dengan rampak sosial yang lebih tinggi. Dalam praktiknya, orang yang melakukan throning biasanya mencari pasangan yang memiliki status sosial tinggi, dengan tujuan untuk meningkatkan citra diri dan reputasi sosial mereka. Dalam konteks ini, ‘throne’ melambangkan kekuasaan atau pengaruh.

​Berdasarkan informasi dari New York Post, throning bukanlah tentang cinta, melainkan tentang keuntungan sosial.​ Dengan berkencan dengan seseorang yang memiliki reputasi atau pengaruh besar, individu berharap bisa mendongkrak status mereka sendiri dalam pergaulan. Hal ini menunjukkan bahwa di era digital saat ini, pencitraan sosial memiliki arti yang sangat penting.

Asal-Usul dan Motif Munculnya Throning

Fenomena throning ini muncul di tengah tekanan media sosial yang semakin kuat. Generasi Z tumbuh dalam lingkungan di mana citra dan reputasi di ranah publik menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang. Dalam hal ini, throning dapat dilihat sebagai reaksi terhadap peningkatan nilai-nilai konsumerisme dan ambisi untuk mendapatkan pengakuan sosial.

Motivasi di balik throning sering kali berkaitan dengan masalah harga diri. Individu merasa harus menjalin hubungan dengan seseorang yang dianggap lebih berkelas agar terlihat lebih baik di mata orang lain. Keinginan untuk mendapatkan validasi sosial ini menjadi pendorong utama bagi banyak orang untuk terlibat dalam praktik ini.

Sisi Gelap Throning

Meskipun throning terlihat trendy dan menarik, terdapat sisi gelap yang perlu diperhatikan. Ketika hubungan terjalin hanya berdasarkan status sosial, hal ini dapat menyebabkan hilangnya keaslian dalam hubungan tersebut. Sering kali, pasangan yang terlibat dalam throning tidak memiliki keterikatan emosional yang tulus dan keintiman yang mendalam.

Hal ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental serta menimbulkan kecemasan sosial. Keterikatan yang tidak tulus dalam hubungan sering kali tidak bertahan lama dan hanya menciptakan hubungan yang rapuh. Selain itu, individu yang terlibat dalam throning mungkin merasa tertekan untuk selalu mempertahankan citra ideal di mata masyarakat.

Throning vs. Tren Kencan Lainnya

Selama tahun 2024, tidak hanya throning yang mencuri perhatian masyarakat. Ada beberapa tren kencan lain yang juga diangkat ke permukaan, seperti ‘yap trapping’ dan ‘freak matching’. Yap trapping adalah situasi di mana seseorang terjebak berkencan dengan individu yang cenderung mendominasi percakapan. Ini bisa menjadi pengalaman yang melelahkan dan menyebalkan bagi pasangan.

Di sisi lain, freak matching adalah kencan dengan pasangan yang memiliki ketertarikan atau keanehan yang sama. Dalam praktiknya, freak matching lebih mengutamakan kesamaan dan kesenangan dalam melakukan aktivitas bersama, menciptakan momen autentik yang lebih bermakna.

Baca Juga: Strategi Mengurangi FOMO, Menemukan Ketenangan dan Fokus dalam Hidup 

Pentingnya Personal Branding Dalam Throning

Pentingnya Personal Branding Dalam Throning

Personal branding menjadi semakin penting dalam tren throning di kalangan Gen Z. Di era media sosial saat ini, bagaimana kita mempersepsikan diri kepada orang lain bisa sangat mempengaruhi hubungan yang kita jalani. ​Dalam throning, di mana orang berkencan bukan karena cinta tapi untuk meningkatkan status sosial, memiliki citra yang positif dan menarik di platform sosial sangatlah krusial.​

Ini karena banyak orang yang akan mempertimbangkan reputasi dan pengaruh seseorang sebelum keputusan untuk berkencan, sehingga personal branding yang baik bisa jadi menjadi alat untuk menarik perhatian orang yang berstatus lebih tinggi. Namun, meskipun personal branding penting, kita juga perlu berhati-hati untuk tidak kehilangan keaslian dalam diri kita.

Ketika seseorang terlalu fokus pada pencitraan, mereka berisiko terjebak dalam hubungan yang tidak tulus, hanya dijalin untuk mendapatkan pengakuan sosial. Idealnya, personal branding harus mencerminkan siapa kita sebenarnya, dan bukan sekadar citra yang dipaksakan. Dengan menjaga keseimbangan antara branding diri dan keinginan untuk menjalin hubungan yang autentik.

Membangun Hubungan yang Sehat di Era Throning

​Membangun hubungan yang sehat di era throning itu sangat penting, meskipun banyak orang yang mungkin lebih fokus pada keuntungan sosial yang bisa didapatkan dari berkencan.​ Sering kali, orang terjebak dalam keinginan untuk terlihat keren di mata orang lain dan akhirnya melupakan nilai-nilai dasar dari sebuah hubungan, seperti kejujuran, keintiman, dan saling menghormati.

Meskipun throning memberikan peluang untuk memperluas jaringan sosial, penting untuk memastikan bahwa hubungan yang dibangun tidak hanya didasarkan pada citra semata, tetapi juga didasari oleh rasa saling pengertian dan keterhubungan yang tulus. Untuk membangun hubungan yang sehat, kita perlu mengingat bahwa saling menghargai dan berbagi pengalaman positif itu jauh lebih penting daripada sekadar mengejar status sosial.

Menurut beberapa pakar kencan, seperti Rachel DeAlto, kunci untuk mendapatkan hubungan yang baik adalah dengan tidak terlalu memaksakan diri. Ketika kita bisa bersikap lebih santai dan menikmati proses berkencan tanpa tekanan, kemungkinan untuk menemukan pasangan yang benar-benar cocok dan memiliki nilai-nilai yang sejalan akan lebih besar.

Koneksi dan Jaringan Sosial Melalui Throning

​Throning menawarkan kesempatan unik untuk memperluas koneksi dan membangun jaringan sosial yang lebih luas, terutama di kalangan Gen Z.​ Ketika seseorang berkencan dengan orang yang memiliki status sosial tinggi, mereka tidak hanya mendapatkan pasangan, tetapi juga peluang untuk menjalin relasi dengan berbagai orang berpengaruh di bidang tertentu.

Ini bisa menjadi keuntungan bagi karier dan kehidupan sosial, karena semakin banyak koneksi yang dimiliki, semakin banyak pintu yang bisa terbuka, baik dalam dunia profesional maupun pribadi. Namun, terlibat dalam throning bukan berarti kita hanya fokus pada keuntungan semata. Penting untuk tetap menjaga hubungan yang autentik dan saling menghargai di tengah semua koneksi yang kita bangun.

Jika hubungan kita hanya berlandaskan pada status dan bukan pada perasaan yang tulus, kita mungkin kehilangan makna sebenarnya dari berhubungan dengan orang lain. Jadi, meskipun tren kencan throning ala Gen Z ini bisa menjadi cara yang efektif untuk membangun jaringan, kita harus tetap berhati-hati agar hubungan tersebut tidak menjadi sekadar transaksi sosial.

Kesimpulan

Tren kencan Throning ala Gen Z mencerminkan kompleksitas hubungan di era digital saat ini. Meskipun terdapat potensi untuk membangun koneksi sosial dan meningkatkan reputasi, penting untuk tetap fokus pada nilai-nilai dalam membangun hubungan yang autentik dan sehat.

Hubungan yang dibangun dengan dasar yang baik dan saling menghormati akan lebih berkelanjutan dibandingkan hubungan yang hanya mengejar status sosial. Generasi Z harus bijaksana dalam menjalani hubungan, memilih untuk mengejar cinta yang tulus, bukan hanya reputasi yang sesaat.

Mari ciptakan hubungan yang berharga di tengah kehidupan yang serba cepat dan terhubung ini. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di KEPPOO INDONESIA.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *