Waspada! Olahraga Fomo Karena Tidak Baik Untuk Kesehatan
Olahraga Fomo menyebabkan kondisi seseorang melakukan tindakan kompulsif untuk menyusul ketertinggalannya atau hanya update story saja.
Di tengah gelombang kesadaran akan gaya hidup sehat, olahraga lari semakin meroket sebagai pilihan utama. Namun, lebih dari sekadar kebugaran fisik, lari juga menciptakan sebuah fenomena sosial yang menarik perhatian Fear Of Missing Out (FOMO). Meskipun FOMO dapat menjadi motivasi awal yang kuat untuk memulai Olahraga Fomo lari, para ahli mengingatkan pentingnya menemukan keseimbangan. Terlalu fokus pada apa yang dilakukan orang lain bisa mengaburkan kebutuhan pribadi dan tujuan yang sebenarnya.
Pamer Aktivitas Olahraga Di Media Sosial
FOMO, atau rasa takut ketinggalan, tidak hanya terbatas pada tren mode atau acara sosial. Di dunia olahraga, khususnya lari, FOMO memainkan peran penting dalam memotivasi banyak orang untuk terlibat dan tetap konsisten dalam kegiatan ini. Media sosial memainkan peran besar dalam memperkuat tren ini. Platform seperti Instagram penuh dengan gambar orang-orang yang menunjukkan kebugaran mereka melalui lari, baik itu di taman kota, lintasan, atau bahkan maraton besar. Ini tidak hanya membangkitkan rasa ingin tahu, tetapi juga dorongan untuk bergabung dalam gerakan ini.
Beberapa tahun belakangan, tepatnya sejak Covid-19 mereda banyak orang mulai aktif berolahraga. Ada yang karena sebelumnya sudah aktif dan berolahraga karena sadar akan kesehatan. Namun, ada pula yang olahraga karena melihat banyak orang yang melakukannya di media sosial. Kebanyakan orang datang ke tempat terdekat lengkap dengan pakaian olahrga, tetapi hanya untuk berfoto-foto dan duduk di tepi jalan. Psikolog klinis mengatakan, fenomena FOMO ini dapat membuat orang-orang merasa tersingkirkan.
Olahraga Fomo Tidak Baik Untuk Kesehatan Mental
Mengikuti sesuatu yang sedang tren tidaklah buruk, termasuk berolahraga. Namun, yang perlu diperhatikan adalah tidak semua tren harus diikuti. Terutama, ketika tren tersebut tidak sesuai dengan kepribadian, nilai yang dipegang, atau kebutuhan pribadi. Ketika suatu tren muncul, lihatlah dulu apakah setelah melakukan itu akan ada energi dalam diri yang meningkatkan atau justru terkuras. Manusia harus jujur dengan dirinya sendiri. Artinya, jangan semata-mata melakukan sesuatu demi terlihat up to date dan mendapatkan validasi orang lain.
Psikolog mengatakan sepatutnya seseorang tidak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan diri mereka. Sesuatu yang dilakukan, tapi bukan berdasarkan kebutuhan dan tidak sesuai dengan diri sendiri biasanya tidak bertahan lama. Pada akhirnya, hanya ikut-ikutan bisa membuat kita tidak mendapatkan kepuasan atau kesenangan, selain rasa lelah dan kecewa.