Akar Dari Masalah Finansial Generasi Z – FOMO Dan YOLO
Finansial Generasi Z dengan mengusung konsep ekonomi baru dan kebebasan dalam mengelola uang mereka akhirnya kerap bablas dari batas kemampuan keuangan masing-masing.
Akhir-akhir ini, istilah FOMO (Fear Of Missing Out) sering dipakai oleh banyak orang, termasuk para generasi Z. Ternyata, FOMO adalah salah satu faktor terbesar dari masalah saat ini Finansial Generasi Z yang dialami generasi Z. FOMO adalah rasa takut merasa tertinggal karena tidak mengikuti tren tertentu. Rasa takut tertinggal ini megarah pada perasaan atau persepsi orang lain yang bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik.
Masalah Finansial Generasi Z Dan Milenial
Dua generasi tersebut kerap menghadapi persoalan keuangan lain seperti investasi bodong, penyebabnya bisa berkaitan dengan prinsip hidup. Yolo sering dikaitkan dengan cara menikmati hidup yang maksimal dengan bebas. Menurut mereka kejadian di hidup hanya akan datang sekali dan tidak akan terulang lagi. Sedangkan FOMO menyebabkan seseorang merasa tertinggal apabila tidak mengikuti tren. Pemicunya hadir di media sosial, di mana mereka sibuk meniru apa yang dilakukan oleh Influencer atau tokoh idolanya. Media sosial juga kerap menjadi ladang penyebaran informasi pribadi secara luas. Hal ini tentu sebuah langkah contoh yang sangat berbahaya namun terkadang tidak di sadari.
Misalnya, menungggah KTP, alamat rumah, dan informasi pribadi lainnya yang dapat dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab. Karena ingin mengikuti apa yang idola mereka lakukan, sikap FOMO bisa membawa generasi muda terjebak investasi bodong. Sehingga kita harus menegaskan FOMO dan YOLO adalah dua prinsip yang perlu diperhatikan. Karena hanya dengan iming-iming menggiurkan, Gen Z dan Milenial malah menjadi korban masalah keuangan. Kedua prinsip tersebut telah membawa generasi muda pada keputusan yang buruk, salah satunya tidak menyiapkan dana darurat.
Literasi Keuangan perlu Ditingkatkan
Dengan jumlah Gen-Z Dan Milenial yang mencapai lebih dari setengah penduduk Indonesia. Di masa depan keduanya adalah pemain penting dalam ekonomi negara. Sehingga harus dibekali tentang pemahaman keuangan yang memadai. Mirisnya Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dilakukan OJK pada tahun 2022 mencatat bila generasi muda memiliki tingkat literasi dan keuangan yang sangat rendah. Unduk penduduk berusia 15-17 tahun, tingkat literasi keuangan berada di angka 43% dan inklusinya di 69%. Untuk itu, wajib menekankan pentingnya peningkatan literasi dan inklusi keuangan bagi generasi muda. Agar mereka tidak mudah terjerat dari Investasi bodong dan pinjol ilegal.