Akibat Gaya Hidup FOMO, Mahasiswa Paling Banyak Terjebak Pinjol
Akibat gaya hidup Fear of Missing Out (FOMO) di kalangan mahasiswa sangat berpengaruh terhadap perilaku keuangan mereka.
Di era digital, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) semakin meluas, terutama di kalangan mahasiswa. Gaya hidup ini mendorong individu untuk mengikuti tren, aktivitas, atau gaya hidup tertentu demi merasa tidak tertinggal dari orang lain. Meski terlihat sepele, dampaknya cukup serius, terutama terkait keputusan finansial. Salah satu dampak negatif yang mencolok adalah tingginya jumlah mahasiswa yang terjebak dalam pinjaman online (pinjol).
Dibawah Artikel FOMO PLUS INDONESIA ini mengulas hubungan antara gaya hidup FOMO dan ketergantungan mahasiswa pada pinjol, risiko yang mengintai, serta solusi untuk mengatasi masalah ini.
FOMO dan Budaya Konsumtif Mahasiswa
Tekanan Sosial di Era Digital Media sosial menjadi sarana utama yang memengaruhi perilaku konsumtif mahasiswa. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter sering kali menampilkan gaya hidup yang tampak ideal: gadget canggih, pakaian mewah, hingga perjalanan liburan ke luar negeri. Mahasiswa merasa harus menyesuaikan diri dengan standar ini agar tidak dianggap “ketinggalan zaman.”
Tekanan sosial ini memunculkan kebutuhan semu yang memengaruhi keputusan finansial mereka. Sebagai contoh, mahasiswa rela membeli barang mewah atau mengikuti acara-acara mahal hanya demi terlihat “keren” di mata teman-temannya. Ketika keuangan tidak mencukupi, pinjol sering kali dianggap sebagai solusi cepat.
Ketimpangan Realitas dan Harapan Realitas ekonomi mahasiswa sering kali tidak sejalan dengan harapan mereka. Banyak mahasiswa hidup dengan uang saku yang pas-pasan, tetapi tuntutan sosial membuat mereka merasa perlu memenuhi gaya hidup di luar kemampuan. Ketimpangan ini menciptakan ketergantungan pada pinjol untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.
Kesenjangan Realitas dan Harapan FOMO juga memperparah kesenjangan antara harapan dan realitas. Banyak mahasiswa berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi pas-pasan, tetapi tekanan untuk hidup glamor membuat mereka mencari cara cepat untuk mendapatkan uang. Di sinilah pinjol masuk sebagai “solusi instan” yang terlihat menggiurkan.
Mengapa Mahasiswa Rentan Terjebak Pinjol?
Kemudahan Akses Pinjol Salah satu alasan utama mahasiswa rentan terhadap pinjol adalah kemudahan akses. Proses pendaftaran yang sederhana, pencairan dana cepat, dan syarat minimal seperti KTP menjadikan pinjol pilihan yang menarik. Hal ini berbeda dengan lembaga keuangan konvensional yang memiliki proses lebih rumit dan membutuhkan agunan.
Kurangnya Literasi Keuangan Sebagian besar mahasiswa belum memiliki pemahaman yang cukup tentang literasi keuangan. Mereka cenderung mengabaikan risiko bunga tinggi, denda keterlambatan, dan mekanisme penghitungan utang yang bisa merugikan. Dalam banyak kasus, mahasiswa hanya fokus pada manfaat instan tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
Kebutuhan Konsumtif dan Mendesak Selain untuk memenuhi gaya hidup, mahasiswa juga menggunakan pinjol untuk kebutuhan mendesak seperti membayar uang kuliah, tugas, atau kegiatan organisasi. Namun, kebutuhan ini sering kali bercampur dengan keinginan konsumtif seperti membeli barang bermerek atau mendanai hobi mahal.
Kebutuhan Mendadak dan Gaya Hidup Selain gaya hidup konsumtif, kebutuhan mendadak seperti biaya kuliah, tugas kelompok, atau keperluan organisasi juga sering menjadi alasan mahasiswa menggunakan pinjol. Namun, kebanyakan kasus berawal dari keinginan konsumtif seperti membeli barang branded atau membiayai gaya hidup di media sosial.
Dampak Terjebak Pinjol Bagi Mahasiswa
Masalah Keuangan Jangka Panjang Bunga pinjol yang tinggi membuat jumlah utang membengkak dalam waktu singkat. Banyak mahasiswa kesulitan melunasi utang mereka, yang pada akhirnya menumpuk dan mengakibatkan masalah keuangan serius, bahkan setelah mereka lulus.
Terjebaknya mahasiswa dalam pinjol tidak hanya mempengaruhi kondisi keuangan mereka, tetapi juga kondisi mental. Penelitian terbaru dari Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa hampir 60 persen mahasiswa mengalami masalah keuangan, yang berimbas pada masalah mental selain masalah keluarga yang mungkin juga dihadapi. Ketika mahasiswa menghadapi tekanan finansial, banyak yang memilih pinjaman online sebagai solusi meski dapat memperburuk kondisi mental mereka.
Tekanan Psikologis Utang yang membengkak juga berdampak pada kesehatan mental. Rasa cemas, stres, hingga depresi sering dialami oleh mahasiswa yang terjerat pinjol. Beberapa kasus ekstrem bahkan berujung pada tindakan nekat seperti melarikan diri atau bunuh diri.
Budi Frensidy menekankan bahwa Gen Z cenderung lebih sensitif dan mudah tertekan, sehingga fenomena ini menunjukkan dampak buruk dari keputusan finansial yang tidak tepat. Terlebih lagi, jika kebiasaan FOMO tidak diubah, mereka bisa terjebak dalam pinjaman ilegal yang dapat menyebabkan tekanan yang lebih serius, bahkan berujung pada tindakan yang mematikan seperti bunuh diri.
Penyalahgunaan Data Pribadi Pinjol ilegal kerap menggunakan metode intimidasi seperti menyebarkan data pribadi ke kontak korban untuk menagih utang. Hal ini tidak hanya merusak reputasi mahasiswa, tetapi juga memengaruhi hubungan mereka dengan teman dan keluarga.
Baca Juga: Tak Harus Beli Skincare, Ini Bahan Alami untuk Wajah Glowing
Upaya Pencegahan
Peningkatan Literasi Keuangan Pemerintah, kampus, dan lembaga swadaya masyarakat harus lebih aktif memberikan edukasi tentang literasi keuangan kepada mahasiswa. Hal ini mencakup pemahaman tentang bunga pinjaman, pengelolaan anggaran, dan risiko berutang.
Regulasi Ketat terhadap Pinjol Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu memperketat pengawasan terhadap pinjol ilegal dan meningkatkan perlindungan bagi konsumen. Kampanye untuk mengenali ciri-ciri pinjol resmi juga harus terus digencarkan.
Alternatif Pembiayaan Kampus atau lembaga keuangan bisa menyediakan program bantuan keuangan atau pinjaman pendidikan dengan bunga rendah. Ini dapat menjadi alternatif yang lebih aman bagi mahasiswa yang membutuhkan dana. Mahasiswa harus diajarkan cara mengelola uang, memahami risiko pinjaman, dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Pengendalian Diri dan Kesadaran Sosial Mahasiswa perlu belajar untuk mengendalikan diri dan tidak mudah terbawa arus tren. Mereka harus memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak ditentukan oleh pengakuan sosial, tetapi oleh pencapaian pribadi. Alternatif Pendanaan Lembaga keuangan konvensional dan kampus dapat menyediakan program bantuan keuangan atau pinjaman pendidikan dengan bunga rendah, sehingga mahasiswa memiliki alternatif yang lebih aman.
Kesimpulan
Gaya hidup FOMO telah membawa dampak serius pada kehidupan mahasiswa, salah satunya adalah keterjebakan dalam pinjaman online. Ketidakmampuan mengelola tekanan sosial, minimnya literasi keuangan, serta akses mudah ke pinjol menjadi kombinasi berbahaya yang membuat mahasiswa rentan terhadap masalah finansial.
Penting bagi semua pihak, termasuk mahasiswa sendiri, pemerintah, dan institusi pendidikan, untuk bersama-sama mengatasi fenomena ini. Dengan literasi keuangan yang lebih baik, regulasi ketat, dan pengendalian diri, mahasiswa dapat terhindar dari jerat pinjol dan fokus pada masa depan yang lebih cerah.
Gaya hidup FOMO menjadi salah satu penyebab utama mahasiswa terjebak dalam jerat pinjol. Ketidakseimbangan antara harapan dan realitas, ditambah dengan kurangnya literasi keuangan, membuat mereka rentan mengambil keputusan finansial yang buruk.
Diperlukan upaya bersama dari mahasiswa, institusi pendidikan, dan pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Dengan literasi keuangan yang lebih baik, regulasi yang ketat, dan pengendalian diri, mahasiswa dapat terhindar dari jerat pinjol dan fokus pada tujuan utama mereka: menuntut ilmu dan membangun masa depan. Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang informasi FOMO PLUS yang akan kami berikan setiap harinya.