FOMO di Indonesia: Antara Tren dan Identitas Diri
Fear of Missing Out (FOMO) atau ketakutan ketinggalan, menjadi fenomena yang umum di kalangan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda.
Istilah ini menggambarkan perasaan cemas atau takut tertinggal dari tren, kegiatan, atau pengalaman yang dianggap penting oleh orang lain. Dibawah ini FOMO PLUS INDONESIA akan membahas pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial di Indonesia berperan besar dalam memicu fenomena ini.
Akar FOMO di Media Sosial Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna media sosial terbesar di dunia. Lebih dari 70% populasi Indonesia aktif menggunakan platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter. Media sosial menjadi wadah penyebaran tren dan gaya hidup yang dengan mudah memicu FOMO.
Pengguna seringkali melihat unggahan teman atau kenalan yang sedang menikmati liburan, menghadiri acara, atau membeli barang-barang mewah. Hal ini menimbulkan perasaan iri dan keinginan untuk mengikuti tren serupa.
Survei dari KOMINFO pada tahun 2017 menunjukkan bahwa usia 20-29 tahun, yang termasuk rentang usia mahasiswa, adalah pengguna media sosial terbanyak. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa sangat rentan terhadap pengaruh media sosial dan tren yang beredar di dalamnya.
FOMO dan Pencarian Identitas di Kalangan Mahasiswa
Dunia perkuliahan adalah tempat yang lazim bagi mahasiswa untuk membangun identitas. Banyak mahasiswa yang merasa tidak mau kalah dari teman-temannya, ingin selalu menjadi sorotan, dan haus akan pengakuan dari lingkungan sekitar. Pembentukan diri mahasiswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, pertemanan, perkuliahan, dan penggunaan media sosial.
Remaja yang tergolong sebagai generasi Z (lahir antara 1997-2012) sedang berada pada fase pencarian identitas dan jati diri. Mereka berani mengeksplorasi diri secara luas dan membangun “identitas” di mata publik. Dalam konteks ini, FOMO dapat mendorong mahasiswa untuk mengikuti tren dan gaya hidup populer sebagai cara untuk diterima dan diakui oleh lingkungannya.
Baca Juga:
Dampak Negatif FOMO pada Mahasiswa Indonesia
FOMO dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan mahasiswa. Kualitas hidup dapat menurun karena mahasiswa bergerak hanya sesuai dengan apa yang dilakukan orang lain, bukan berdasarkan kebebasan dirinya sendiri.
Kesehatan mental juga dapat terganggu dalam bentuk kecemasan, ketakutan, overthinking, atau tekanan. Hal ini dapat timbul ketika mahasiswa melihat postingan teman-temannya yang sedang bersenang-senang, sehingga mereka merasa cemas dan tertekan untuk menyamai kegiatan tersebut.
Selain itu, FOMO dapat menurunkan rasa percaya diri karena perasaan untuk saling membandingkan diri dengan kehidupan orang lain di media sosial. Produktivitas juga dapat menurun karena mahasiswa menghabiskan waktu untuk mengikuti gaya orang lain dan hal-hal yang tidak relevan dengan perkuliahan. Keuangan mahasiswa juga dapat tidak terkontrol karena terbuang untuk mengikuti tuntutan sosial.
Contoh di Kalangan Mahasiswa
Terdapat banyak contoh nyata FOMO di kalangan mahasiswa Indonesia. Mahasiswa berbondong-bondong nongkrong di cafe yang sedang viral, padahal itu bukan kebutuhan primernya. Bahkan, ada yang memaksakan diri padahal tidak sesuai dengan kondisi ekonominya.
Contoh lainnya adalah mahasiswa yang FOMO akan cara berpakaian, seperti memaksakan diri untuk membeli baju, tas, sepatu, atau pernak-pernik yang serupa dengan milik orang lain. Ada juga mahasiswa yang berbondong-bondong menonton konser dengan biaya yang cukup mahal hanya karena kebutuhan konten sosial media dan pengakuan dari publik.
Padahal, uang tersebut bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat, seperti mengikuti sertifikasi kompetensi, membeli buku bacaan, atau membayar biaya kursus.
Menemukan Identitas Diri
Untuk mengatasi FOMO, mahasiswa perlu fokus pada dunia nyata daripada dunia maya. Dunia maya seringkali menjadi tempat untuk pamer kehidupan, sehingga lebih baik fokus pada dunia nyata dan bersikap realistis. Membatasi penggunaan gadget dan sosial media juga penting, gunakan hanya sesuai kebutuhan.
Fokus terhadap tujuan utama kuliah dan meningkatkan value diri sendiri juga dapat membantu. Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, mahasiswa perlu fokus pada value yang dimiliki dan menjadi diri sendiri. Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang informasi FOMO PLUS yang akan kami berikan setiap harinya.