FOMO Penyebab Utama Anak Muda Terjebak dalam Utang Paylater

bagikan

FOMO menjadi faktor utama yang mendorong kecanduan utang di kalangan anak muda, terutama dalam penggunaan layanan paylater.

FOMO Penyebab Utama Anak Muda Terjebak dalam Utang Paylater
Anak muda sering merasa tertekan untuk mengikuti tren terbaru dan tidak ingin ketinggalan dalam hal apa pun. Ketika mereka melihat teman-teman atau influencer memamerkan barang-barang baru, rasa FOMO mulai muncul, yang mendorong mereka untuk melakukan pembelian impulsif. Dengan paylater, mereka dapat memenuhi keinginan tersebut tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi keuangan mereka di masa depan.

Apa Itu FOMO?

FOMO merupakan istilah yang menggambarkan kecemasan akan kehilangan kesempatan atau pengalaman yang menarik karena tidak ikut serta dalam suatu kegiatan. Perasaan ini sering kali dipicu oleh media sosial, dimana pengguna menampilkan momen-momen terbaik dalam hidup mereka, lengkap dengan barang-barang baru, gaya hidup mewah, dan aktivitas sosial. Akibatnya, mereka yang melihatnya merasa tertekan untuk tidak ketinggalan tren atau kesempatan serupa.

Dengan semakin popularnya media sosial, FOMO semakin meningkat, terutama di kalangan generasi millennials dan Generasi Z yang sering kali membandingkan diri mereka dengan orang lain. Pikirkan tentang bagaimana menunjukkan barang-barang baru atau pengalaman menarik seperti liburan, makan di restoran populer, atau berpartisipasi dalam acara yang sedang tren dapat menciptakan tekanan untuk ikut serta.

FOMO & Pola Konsumsi Anak Muda

Perilaku FOMO mendorong anak muda untuk membeli dan berbelanja demi memenuhi ekspektasi sosial, bukan berdasarkan kebutuhan. Dalam konteks paylater, hal ini menjadi lebih berbahaya karena memungkinkan mereka untuk membeli barang atau layanan tanpa membayar penuh di awal. Ujung-ujungnya, mereka berutang pada suatu barang yang sering kali tidak benar-benar mereka butuhkan. Beberapa barang yang sering dibeli secara impulsif di antaranya adalah:

  • Fashion dan Aksesori: Banyak anak muda merasa perlu memiliki pakaian terbaru atau aksesori fashionable agar terlihat trendy dan mengikuti tren.
  • Peralatan Elektronik: Gadget terbaru menjadi salah satu barang incaran untuk menunjang gengsi di depan teman-teman.
  • Pengalaman: Taktik dalam menikmati hidup yang dipicu oleh FOMO mendorong anak muda untuk pergi traveling atau melakukan aktivitas yang memerlukan biaya besar, terlepas dari kondisi keuangan mereka.

Dampak Psikologis dari FOMO

FOMO tidak hanya berdampak pada pengeluaran yang tidak bijaksana, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan mental anak muda. Tekanan untuk berbelanja dan mengikuti kehidupan orang lain dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Ketika anak muda terjebak dalam utang paylater, mereka mengalami:

  • Stres Keuangan: Utang yang menumpuk dapat menciptakan beban psikologis yang berat ketika harus memikirkan cara untuk melunasi.
  • Kecemasan Sosial: Rasa ketidakpuasan terhadap diri sendiri akibat perbandingan sosial yang tidak adil dapat membuat anak muda merasa terasing dari teman-teman mereka.
  • Hilangnya Kendali: Salah satu dampak psikologis terburuk dari utang adalah kehilangan kendali atas keuangan. Ketika utang mulai menumpuk, banyak yang merasa tidak ada jalan keluar dari situasi tersebut.

Baca Juga: FOMO di Kalangan Penggemar K-Pop: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

Kenapa Paylater Menjadi Solusi yang Berbahaya?

Kenapa Paylater Menjadi Solusi yang Berbahaya?
Sistem paylater memberikan kemudahan dalam melakukan pembelian barang dan jasa tanpa perlu mengeluarkan uang di muka. Ini sangat menggoda bagi anak muda, terutama ketika didorong oleh FOMO. Beberapa alasan mengapa paylater dapat menjadi solusi yang berbahaya bagi anak muda meliputi:

  • Ketidakpahaman tentang Utang: Banyak anak muda yang tidak sepenuhnya memahami bagaimana utang berfungsi dan konsekuensinya. Tanpa pengetahuan yang cukup, mereka cenderung mengambil keputusan yang buruk.
  • Kebebasan Tanpa Batas: Akses mudah ke paylater memerlukan sedikit pemikiran kritis. Mereka tidak merasakan dampaknya pada saat itu, sehingga menganggap bunga yang harus dibayar ke depan tidak signifikan.
  • Keterampilan Manajemen Keuangan yang Lemah: Banyak anak muda yang belum dilengkapi dengan keterampilan manajemen keuangan yang baik. Tanpa kemampuan untuk membuat anggaran dan mengelola pengeluaran, mereka cenderung terjebak dalam siklus utang.

Menangani FOMO dan Memperbaiki Pola Belanja

Menghadapi FOMO dan menghindari terjebak dalam utang paylater membutuhkan kesadaran dan pendekatan yang tepat. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil oleh anak muda:

  • Membangun Kesadaran Diri: Kesadaran diri adalah langkah pertama untuk mengatasi FOMO. Anak muda perlu memahami apa yang mendorong mereka untuk membeli barang tertentu. Mengambil waktu untuk merenung tentang motivasi di balik pembelian dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih bijak.
  • Membuat Rencana Keuangan: Membuat rencana keuangan yang baik adalah cara untuk menghindari utang. Menetapkan anggaran bulanan dan memastikan bahwa pengeluaran tetap dalam batas yang telah ditetapkan akan membantu mengendalikan keuangan dan mengurangi tekanan untuk membeli barang secara impulsif.
  • Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain: Mengurangi penggunaan media sosial atau setidaknya mengatur cara mengkonsumsinya dapat membantu mengurangi perasaan FOMO. Alihkan fokus dari apa yang orang lain lakukan kepada pencapaian dan tujuan pribadi.
  • Belajar Memilah Kebutuhan dan Keinginan: Penting untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Hanya membeli barang yang benar-benar diperlukan dapat mencegah pengeluaran yang tidak penting.
  • Mengembangkan Keterampilan Literasi Keuangan: Pendidikan tentang manajemen uang dan utang perlu diberikan kepada anak muda. Dengan memahami cara mengelola keuangan dengan baik, mereka akan lebih siap menghadapi tawaran paylater yang menggoda.

Tanggung Jawab Terlupakan

Dengan adanya layanan BNPL yang semakin populer, anak muda dapat dengan mudah membuat komitmen finansial tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya. Sebuah survei menunjukkan bahwa lebih dari 50% pengguna BNPL mengakui bahwa mereka sering mengeluarkan uang lebih banyak daripada yang sebenarnya mereka mampu.

Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat banyak pengguna BNPL tidak sepenuhnya sadar akan risiko yang mereka ambil. Termasuk kemungkinan terkena cicilan yang tidak terbayar atau denda keterlambatan.

Ketergantungan pada BNPL menciptakan siklus utang yang berbahaya. Ketika utang bertambah dan tekanan untuk membayar kembali meningkat. Banyak anak muda merasa terjebak dan tidak tahu cara untuk mengatasinya.

Sering kali mengakibatkan stres finansial yang lebih besar. Hal ini diperparah dengan cepatnya suku bunga yang dapat dikenakan apabila ada keterlambatan dalam pembayaran, yang bisa mencapai hingga 30% dalam beberapa kasus.

Kesimpulan

FOMO dan YOLO kini menjadi dua kekuatan dominan yang memengaruhi perilaku finansial generasi muda.​ Layanan BNPL yang marak menjadi contoh nyata bagaimana keinginan untuk ikut serta dalam tren dan pengalaman terkini dapat menyebabkan ketidakstabilan finansial yang parah.

Menghadapi tantangan ini, penting bagi generasi muda untuk menerima bahwa meskipun hidup hanya terjadi sekali. Keputusan finansial yang bertanggung jawab adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Membawa kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak dan menciptakan ekosistem yang mendukung kebebasan finansial di kalangan anak muda adalah langkah krusial dalam mengatasi kecanduan utang ini.

Seiring dengan perubahan sikap masyarakat terhadap pengeluaran. Ada harapan untuk membentuk generasi yang lebih seimbang dalam hidup, lebih cerdas dalam keuangan, dan lebih menekankan pentingnya perencanaan jangka panjang. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi viral terupdate lainnya hanya di FOMO PLUS INDONESIA.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *